Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/11/2021, 17:55 WIB
Anya Dellanita,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Perempuan di Indonesia sepertinya belum memiliki rasa aman. Menurut catatan tahunan Komisi Nasional Perempuan yang diterbitkan tahun 2020, selama 12 tahun terakhir, kekerasan terhadap perempuan di Indonesia meningkat 79,2 persen atau naik delapan kali lipat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Media ternyata berperan besar dalam penghapusan kekerasan terhadap perempuan, entah itu positif atau malah negatif.

“Sesungguhnya media memiliki peran penting dalam menghapuskan kekerasan terhadap perempuan, karena media berperan dalam promotif dan preventif,” kata Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bintang Puspayoga dalam webinar Ubah Narasi: Peran Media dalam Pencegahan Kekerasan terhadap Perempuan (25/11).

Bintang menyayangkan tak jarang media masih memberitakan kasus kekerasan terhadap perempuan dengan narasi yang melakukan seksualisasi, stereotyping, dan menjadikan perempuan sebagai objek seksual.

Baca juga: Kementerian PPPA Catat 24.352 Kasus Kekerasan Perempuan pada 2019-2020

Ditambahkan oleh Komisioner Komnas Perempuan, Veryanto Sitohang, media bisa berkontribusi menyambung suara korban dengan mendampingi korban melaporkan kasusnya, dan mengurangi trauma korban.

Veryanto mengatakan, masih banyak media yang “minim perspektif gender”.

"Ada media yang mengungkap kronologis kasus secara detail, misalnya dengan mengungkap identitas korban dan menggunakan diksi yang vulgar.

Ada juga media yang membela pelaku, menebar narasi hoaks dan menjauhkan korban atas pemenuhan haknya, yaitu keadilan, perlindungan dan pemulihan, sehingga banyak korban trauma dan malah tak ingin melapor," ujarnya.

Baca juga: Kekerasan Berbasis Gender Online Tinggi di Indonesia, Ini yang Perlu Dilakukan

Narasi dan pemberitaan yang tepat

Jurnalis seharusnya memegang teguh kode etik jurnalis berperspektif korban, dengan tidak mengungkap identitas korban dan pelaku anak, tidak melakukan penghakiman kepada korban, tidak menggunakan diksi dan narasumber yang bias, serta tidak mencampurkan fakta dengan opini dan tidak mengandung informasi yang cabul dan sadis.

Veryanto berpendapat bahwa pemimpin perempuan di kantor media dapat membantu membuat berita yang berhubungan dengan kekerasan pada perempuan lebih tersaring.

Co-founder dan editor in chief Magdalena.co Devi Asmarani mengatakan penting bagi jurnalis  dibekali pemahaman dan perspektif gender sebelum terjun ke lapangan.

“Semua jurnalis harus dibekali pemahaman perspektif gender. Lalu proporsi antara narasumber perempuan dan laki-laki harus diperhatikan karena masih ada kesenjangan. Juga, tidak boleh eksploitatif dan tidak menggambarkan stereotyoe. Dan yang utama, harus menulis dengan bahasa sensitif gender,” ujar Devi.

Baca juga: Hari Perempuan Internasional, Seruan Kesetaraan Gender dan Hak Asasi

Sementara itu, National Project Officer Communication and Information UNESCO, Cresti Fitriana, mengatakan bahwa saat menulis suatu pemberitaan, kasus kriminal itu sebaiknya jangan dibiarkan menjadi satu-satunya yang diceritakan.

“Berfokus pada respons terhadap kekerasan yang terjadi, seperti imengungkapkan organisasi perlindungan dan kepedulian pada korban, sehingga memiliki efek bermanfaat bagi korban,” ujar Cresti.

“Jadi, artikel seharusnya memasukan nomor-nomor darurat yang bisa dihubungi para korban dan menjelaskan apa yang harus dilakukan untuk mendapatka perlindungan,” tandasnya.

Tanggal 25 Novemberdiperingati sebagai Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan sekaligus menandai dimulainya Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan yang serentak digelar secara global.

Baca juga: Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak Bisa Diselesaikan Kekeluargaan?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com