Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Babak Baru, Saat Fesyen Jadi "Juara" dalam Industri Sepak Bola

Kompas.com - 26/11/2021, 09:00 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sepak bola dan mode memiliki hubungan yang erat sejak dulu kala.

Hal itu mulai terlihat di era 1970-an, dari gaya berpakaian para suporter sepak bola saat datang ke stadion untuk mendukung tim kesayangan mereka.

Namun, baru sekitar satu dekade lalu produsen pakaian olahraga dan tim sepak bola menyadari potensi memanfaatkan fesyen sebagai alat pemasaran.

Sejumlah klub ternama menciptakan identitas atau fashion statement sebagai sarana untuk menarik suporter baru.

Kolaborasi Umbro dengan skatewear Palace pada 2012 --misalnya, adalah momen yang mempercepat tren kolaborasi antara merek fesyen dan klub sepak bola.

Kemudian, ada juga kolaborasi antara Real Madrid dan Yohji Yamamoto untuk peluncuran jersey Los Galacticos di tahun 2014.

Baca juga: FC Bayern Munich Rayakan Tradisi Oktoberfest dengan Jersey Khusus

Hanya saja, model kolaborasi seperti ini cenderung tampak sebagai sebuah gimmick atau trik yang berusia singkat, ketimbang perubahan strategi yang dilakukan klub sepak bola.

Nah, belakangan ini tren pakaian olahraga di dunia sepak bola "lahir" dari dalam ruang rapat petinggi klub, bukan dari pengaruh budaya yang ada di sekitar sebuah klub.

Salah satu contoh nyata dari fenomena ini terlihat pada raksasa Ligue 1 Perancis, Paris Saint Germain.

Klub tersebut sudah merekrut segelintir pemain bintang semacam Neymar, Kylian Mbappe, hingga Lionel Messi, yang mengenakan jersey buatan Air Jordan ketika bertanding di lapangan.

Selama ini stigma yang melekat pada masyarakat terkait pakaian olahraga di Perancis adalah, kreasi dari merek sportswear semacam Macron dan Joma hanya cocok dikenakan oleh atlet.

Sementara bagi non-atlet, pakaian olahraga hanya akan membuat penampilan mereka terlihat seperti guru olahraga.

Namun, jersey Air Jordan PSG seolah mendorong merek fesyen untuk menciptakan merchandise sepak bola yang lebih bisa diterima masyarakat secara umum.

Karena jersey Air Jordan ini dipakai oleh selebritas lapangan hijau semacam Messi dan Neymar, bisa dimaklumi apabila PSG dipandang sebagai salah satu klub super di antara klub-klub lain yang memiliki prestasi mentereng.

Padahal faktanya, sejak berdiri pada 12 Agustus 1970, klub yang bermarkas di Stadion Parc des Princes itu belum pernah sekalipun menjuarai Liga Champions.

Baca juga: Mencolok dan Berani, Jersey Ketiga Tottenham Hotspur Musim 2021/2022

Prestasi tidak penting lagi?

Jika diperhatikan secara seksama, saat ini prestasi sebuah klub sepak bola cenderung tidak lagi dianggap penting dibandingkan zaman dulu.

Merevolusi klub sepak bola menjadi merek gaya hidup bisa membawa keuntungan lebih, daripada membuang triliunan rupiah membeli pemain mahal agar untuk mengumpulkan piala seperti Chelsea dan Bayern Munchen.

Para suporter yang tadinya memilih klub favorit berdasarkan prestasi, atau tradisi keluarga mendukung klub tertentu, kini tidak lagi berperilaku sama seperti dulu.

Mode, atau fesyen sudah menjadi faktor utama dalam menentukan klub mana yang akan didukung.

Fenomena ini menghadirkan perubahan baru di dunia olahraga.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com