Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Babak Baru, Saat Fesyen Jadi "Juara" dalam Industri Sepak Bola

Kompas.com - 26/11/2021, 09:00 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Klub sekelas Manchester United atau Real Madrid yang memiliki dana melimpah memang sanggup membeli pemain dengan harga setinggi langit guna memenangi trofi.

Tetapi klub semacam PSG --yang notabene tidak mempunyai prestasi sebanyak MU dan Madrid-- dapat bersaing untuk menarik fans sepak bola baru melalui fesyen.

Oke, mungkin kita menilai PSG yang merupakan klub ibukota Perancis, Paris masih layak disandingkan dengan klub-klub besar di Eropa.

Lalu bagaimana dengan klub kecil asal Italia, Venezia FC?

Sepanjang sejarah berdirinya Venezia, klub ini belum pernah meraih gelar scudetto alias juara Serie A dan senantiasa menghabiskan musim di kasta terendah.

Baca juga: Jersey Ketiga PSG Musim 2021/2022 Bernuansa Gelap

Hanya satu kali Venezia memeroleh trofi Coppa Italia, dan itu terjadi di musim 1940/1941.

Usai 19 tahun berada di divisi antah berantah, Venezia kembali ke Serie A Italia musim ini.

Keberhasilan Venezia menapaki kasta tertinggi sepak bola Italia juga dibarengi dengan re-branding klub.

Beberapa tahun menjalin kemitraan dengan Nike, Venezia FC lantas memutuskan untuk bekerja sama dengan Kappa.

Kappa dikenal sebagai merek olahraga yang boleh disebut sebagai salah satu penghasil lini pakaian sepak bola modis di dunia.

Kappa meluncurkan jersey home klub tersebut dalam perpaduan warna hitam dan emas, bersama tulisan "Venezia" emas yang seluruhnya ditulis kapital.

Desain jersey Venezia ini terinspirasi dari masa kejayaan Kappa di era 90-an, ketika tim-tim Italia menorehkan prestasi yang mengesankan di kancah Eropa --termasuk timnas Italia yang menjadi juara ketiga Piala Dunia 1990.

Merek pakaian olahraga Italia itu tidak hanya mendesain jersey Venezia khusus untuk suporter klub, tetapi juga bertujuan memikat perhatian pecinta fesyen.

Baca juga: Adidas Bikin Jersey Baru Ajax untuk Kenang Bob Marley

Masih dalam tujuan merangkul penggemar fesyen, Venezia bahkan mengembangkan strategi di medsos dengan meniru estetika majalah mode semacam Vogue.

Menurut koresponden surat kabar Guardian, Nicky Bandini, cara-cara ini menjadi bagian dari rencana yang sudah disusun dengan rapi oleh klub.

"Langkah untuk membuat jersey ini dimulai di bawah presiden sebelumnya Joe Tacopina," kata Bandini di podcast Guardian Football Weekly.

"Saya tahu ketika Tacopina ada di sana, itu adalah ide yang disengaja terkait 'perlunya memanfaatkan fakta bahwa kami (warga Venezia) selalu kedatangan turis di kota kami untuk melihat pertandingan sepak bola'."

"Apa yang ingin kita beli ketika datang ke Venezia? Kita bisa membeli kaus bertuliskan 'I went to Venice' atau kaus sepak bola yang keren," lanjut Bandini.

Dengan mengadopsi gaya pemasaran yang berpusat pada fesyen, baik Venezia maupun PSG mencoba mencapai tujuan yang sama dengan cara masing-masing, yakni mengatasi keterbatasan struktural untuk sukses.

Dari lima liga sepak bola terbesar di Eropa, Ligue 1 Perancis praktis dipandang sebagai liga dengan kualitas terendah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com