KOMPAS.com - Mom shaming atau perundungan pada seorang ibu, seringkali dilakukan lewat komentar tidak menyenangkan atau nasihat yang tidak diminta.
Jenis perundungan ini terjadi ketika orang berkomentar soal penampilan fisik ibu, berat badan anak, perilaku, atau bahkan jenis pakaian yang dikenakan. Kritik bertubi-tubi ini bisa datang dari banyak pihak, termasuk orangtua, tetangga dan netizen.
Mom shaming terjadi ketika orang lain menilai secara negatif keputusan pengasuhan yang kita terapkan, dalam berbagai cara.
Mom shaming membuat banyak ibu tertekan sehingga terganggu kesehatan mentalnya. Sayangnya, banyak perempuan kesulitan menghadapinya karena tidak mendapatkan dukungan mental dari suaminya.
Baca juga: Mengenal 5 Jenis Mom Shaming dan Cara Menghadapinya
Mom shaming menyebabkan korbannya merasa dipermalukan, memicu rasa bersalah dan rendah diri sehingga merasa tidak layak menjadi ibu. Mom shaming menjadi fenomena yang terjadi di banyak daerah sejak masa ke masa.
"Sejujurnya, saya kira mom-shaming telah terjadi sejak ibu pertama menjadi nenek pertama," kata Dena Kouremetis, penulis sekaligus pakar dari Psychology Today.
Menurutnya, banyak pelaku mom shaming mungkin memiliki niat baik lewat komentar yang dilontarkannya. Jadi penting untuk mempertahankan perspektif yang sehat tentang semua masukan yang tidak diinginkan itu.
Namun jika hal itu sudah memberikan dampak buruk untuk kesehatan mental kita maka penting untuk mendiskusikannya pada suami. Sayangnya, banyak pria tidak peka dan kurang menyadari mom shaming yang terjadi serta dampak buruknya pada istrinya.
Penting untuk meyampaikannya kepada suami agar bisa membantu kita menghentikan mom shaming sekaligus berbagai efeknya.
Baca juga: Agar Suami Mau Berbagi Peran Mengurusi Pekerjaan Rumah
Suami mungkin menganggap remeh mom shaming yang kita alami dan hanya memberikan tanggapan ringan soal keluhan tersebut. Bersikaplah tegas dengan suami dan sampaikan bahwa kita benar-benar tersiksa dengan berbagai nasihat tak diundang itu.
"Pasangan sering merasa mereka melakukan 'hal yang benar' dengan memberikan jaminan buta tetapi ini sering membuat wanita merasa sendirian," kata Jeffrey Bernstein, PhD, psikolog anak dan keluarga di AS.
Mom shaming juga bisa dilakukan oleh orang tak dikenal yang berinteraksi lewat media sosial. Diskusikan keluhan ini dengan pasangan dan berbagai hal yang sebaiknya kita lakukan untuk menanggulanginya.
Membatasi penggunaan media sosial mungkin menjadi salah satu cara terbaik untuk menghentikan mom shaming ini.
Baca juga: Jadilah Netizen Cerdas, Kenali Berita Hoaks di Media Sosial
Banyak ibu merasakan keraguan soal pola pengasuhan yang diterapkannya pada anak. Perasaan yang terpendam ini yang seringkali memperburuk efek mom shaming pada ibu.
Penting untuk berbagi keraguan tersebut dengan pasangan sekaligus mengakui keterbatasan kita. Hal ini akan membuat kita bisa menerima segara kritik tersebut dengan lebih baik.
Suami mungkin sulit membayangkan soal mom shaming yang kita alami. Jadi penting untuk menceritakan insiden tersebut secara spesifik, detail dan jelas.
Kita juga bisa menjadikannya ajang curhat untuk melampiaskan semua emosi dan kekesalan yang dirasakan.
Minta pasangan untuk bertindak sebagai dukungan nyata sekaligus menghindarkan kita dari kritik dan rasa malu di masa mendatang.
Khususnya jika mom shaming datang dari orang yang dekat atau dikenalnya seperti ibu mertua atau kakak perempuannya.
Baca juga: Menantu Frustrasi Hadapi Mertua yang Menyebalkan, Apa Jadinya?
Kadang sulit bagi pria untuk benar-benar bisa mengerti soal fenomena mom shaming serta tekanan yang dirasakan. Terima perbedaan pandangan ini selama suami bisa memahami penderitaan yang kita rasakan.
Hal terpenting, suami mengakui bahwa mom shaming tersebut mengganggu kita dan bertindak dengan belas kasih,
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.