Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/12/2021, 10:53 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Stroke masih menjadi penyakit yang dikhawatirkan banyak orang. Meski masalah kesehatan ini lebih banyak dialami orang berusia lanjut, faktanya anak muda juga bisa terserang stroke.

Dilansir dari Mayo Clinic, stroke adalah terganggu atau berkurangnya suplai darah ke bagian otak yang membuat jaringan otak tidak mendapat suplai oksigen dan nutrisi. Akibatnya, sel-sel otak mulai mati dalam hitungan menit.

Stroke adalah keadaan darurat medis yang membutuhkan perawatan cepat. Penanganan secara dini dapat mengurangi kerusakan otak dan komplikasi lainnya.

Ada berbagai penyebab yang membuat seseorang terserang stroke, mulai dari kebiasaan merokok, diabetes, obesitas, kecanduan alkohol, hingga penyakit jantung.

Namun, menurut penelitian terbaru yang diterbitkan baru-baru ini di European Society of Cardiology's "European Heart Journal," marah dan aktivitas fisik terlalu berat ternyata bisa juga menjadi penyebab stroke.

Temuan itu didapat usai sebuah tim peneliti melakukan pengamatan terhadap lebih dari 13.000 pasien stroke di 32 negara sebagai bagian dari studi INTERSTROKE.

Dengan menggunakan pendekatan "case-crossover," tim peneliti berusaha menentukan apakah pemicu dalam satu jam dari serangan atau permulaan gejala dikaitkan dengan stroke akut, dibandingkan periode waktu yang sama pada hari sebelumnya.

Baca juga: Stres Picu Risiko Hipertensi, Serangan Jantung, dan Stroke, Benarkah?

Meski pencegahan stroke adalah prioritas dan bisa dilakukan dengan berbagai cara, nyatanya kapan seseorang terserang stroke masih sulit diprediksi.

Peneliti utama studi ini yang juga profesor di National University of Ireland Galway, Andrew Smyth mengatakan penelitian yang dilakukan timnya bertujuan untuk melihat penyebab yang bisa menjadi pemicu stroke.

Tujuan ini disebutnya berbeda dengan banyak penelitian lain yang berfokus pada penyebab jangka menengah hingga jangka panjang, seperti hipertensi, obesitas, atau merokok.

Ia menambahkan, penelitian ini menganalisis pola pada pasien yang menderita stroke iskemik dan perdarahan intraserebral.

Ada pun, stroke iskemik adalah tersumbatnya aliran darah ke otak oleh bekuan darah dan perdarahan intraserebral merupakan pendarahan di jaringan otak yang dapat menyebar hingga ke ruang ventrikel otak dan mengakibatkan pembengkakan otak.

Baca juga: Gaya Hidup Sehat untuk Kurangi Risiko Stroke, Apa Saja?

Dalam temuannya, penelitian ini mendapati 1 dari 11 pasien yang selamat ternyata sempat marah atau kesal satu jam menjelang terserang stroke. Sementara itu, 1 dari 20 pasien lainnya sempat melakukan aktivitas fisik yang berat.

Penelitian yang dipimpin oleh National University of Ireland Galway, menyampaikan bahwa kemarahan atau gangguan emosional punya kontribusi sebesar 30% bagi peningkatan risiko stroke selama satu jam setelah episode.

Penelitian ini juga mencatat ativitas fisik yang bisa meningkatkan risiko perdarahan intraserebral (ICH) sekitar 60% selama periode yang sama setelah aktivitas berat, tetapi tidak dengan semua stroke atau stroke iskemik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com