Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semangat Sustainable, Brodo Ubah Limbah Kulit Jadi Sepatu Trendi

Kompas.com - 09/12/2021, 18:11 WIB
Sekar Langit Nariswari,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Brand sepatu lokal, Brodo merilis produk terbarunya yang mengusung konsep sustainable, VTG V.2 50 Shades of Suede.

Koleksi terbaru ini merupakan hasil olahan bahan kulit sisa industri sepatu yang dikumpulkan dari para pengrajin lokal. Berbeda dari biasanya, Brodo menyediakan sepatu dengan warna pastel yang manis dan trendi.

Sepatu berpotongan high sneaker ini dilengkapi dengan desain hang tag dan bahan suede yang makin menguatkan kesan vintage. Produk tersebut pertama kali dirilis di situs penjualan resmi Brodo pada 5 Desember lalu dengan harga Rp550.000.

Tak butuh waktu lama, ratusan pasang sepatu tersebut langsung ludes terjual. Hanya tersisa beberapa warna lagi dengan ukuran yang tentunya juga terbatas.

Yukka Harlanda, founder Brodo, menjelaskan koleksi sepatu terbaru ini berawal dari semangat sustainability dan kepedulian lingkungan yang belakangan semakin marak.

Sebagai brand yang sudah berjalan hampir sepuluh tahun, Brodo mulai berusaha ikut serta dalam kampanye sosial termasuk menciptakan fashion yang lebih ramah lingkungan.

"Industri sepatu punya waste alias limbah yang banyak banget dan biasanya dibuang atau disalurkan begitu saja, padahal bahan ini kualitasnya tetap bagus," jelasnya ketika berbincang dengan Kompas.com, Kamis (09/12/2021).

Timnya kemudian berusaha mengolah sisa produksi tersebut menjadi produk yang tak kalah berkualitas. Ditonjolkan teknik jahit dan desain ala Brodo yang menjadikannya sukses menarik perhatian konsumen.

Setidaknya ada ribuan lembaran kulit yang berhasil dikumpulkan dari para pengrajin lokal yang selama ini menjadi suplier Brodo. Jumlah kulit yang bisa digunakan sangat banyak karena industri kulit saat ini sedang lesu.

Minat pasar kini didominasi sepatu sneaker sehingga alas kaki berbahan kulit sedang turun penjualannya. Akibatnya,  banyak pengrajin yang kebingungan menyalurkan hasil kerajinannya.

"Kebanyakan itu bahan kulit yang ditolak produsen brand mancanegara karena dianggap tidak masuk kategorinya padahal sebenarnya tergolong baik kualitasnya," tambah Yukka. 

Pria lulusan ITB ini mengatakan kulit yang dipakai kerap disebut limbah grade reject padahal istilah itu tidak sepenuhnya benar. Ada banyak kulit berkualitas yang sebenarnya sangat layak diolah lagi, seperti yang diwujudkan dalam 50 shades of suede.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by BRODO (@bro.do)

Proses manual sehingga membutuhkan waktu lama

Proses produksi koleksi 50 Shades of Suede ini tergolong lama yakni berkisar lima bulan. Penyebabnya, seluruh proses dilakukan secara manual khususnya dalam memilih bahan kulit yang akan digunakan.

"Kita pilih satu-satu, mana yang bolong, rusak dan kondisi yang bagus..semuanya dengan mata dan tangan tim produksi langsung," tambah Yukka.

Apalagi ini menjadi kesempatan pertama untuk brand berbasis di Bandung ini melakukan hal tersebut. Ada banyak cara dan metode yang dicoba untuk mewujudkan semangat lestari namun tetap fashionable itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com