KOMPAS.com - Baru-baru ini salah satu brand sepatu lokal asal Bandung mendapat teguran dari warganet karena menjadikan motif batik parang sebagai desain outsole sepatu mereka.
Teguran pertama kali dilayangkan oleh akun @k.weisle melalui insta story pada Rabu (8/12/2021).
Kemudian, akun @localprideindonesia turut mengunggah ulang insta story @k.weisle dan langsung menuai perhatian dari warganet lainnya.
Meski brand sepatu asal Bandung tersebut sudah mengakui bahwa pemilihan motif parang sebagai desain outsole sepatu tidak sesuai, nyatanya warganet masih membicarakannya.
Sebagian menganggapnya tidak patut, namun ada juga yang mempertanyakan bagaimana seharusnya menerapkan motif batik tertentu pada suatu produk.
Menurut pakar batik Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Tiwi Bina Affanti, beberapa motif batik memang sebaiknya tidak digunakan secara sembarangan.
Saat dihubungi Kompas.com pada Kamis (9/12/2021), ia setuju dengan teguran dari warganet terhadap pengaplikasian motif parang sebagai desain tapak sepatu.
Baca juga: Motif Batik di Tapak Sepatu Brodo Dipermasalahkan, Apa Alasannya?
"Saya sangat tidak setuju, sebab batik parang diciptakan untuk dikenakan oleh para raja, dengan makna-makna filosofisnya yang luar biasa. Dan, ketika dikenakan di sepatu, menjadi semacam pelecehan budaya aristokrat yang sangat luhur," ujar Tiwi.
Tiwi yang sudah mengampu mata kuliah Proses Batik selama 30 tahun menerangkan, batik merupakan suatu produk yang sungguh berpijak pada seni tradisi.
Oleh karenanya, masyarakat zaman sekarang harus mempelajarinya agar produk fesyen yang dihasilkan memiliki bobot, menjunjung seni tradisi, dan bisa melestarikan batik.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.