"Termasuk juga penempatan motif parang yang tidak pas, misalnya saja di dinding gapura. Hal tersebut mencermikan bahwa si perancang tidak memiliki jiwa 'uri-uri kabudayan', pemikirannya hanya pada visual, ia tidak tahu maknanya dan tidak tahu cara menghargai budaya," tambahnya.
Tiwi menjelaskan, motif parang di lingkup keraton memiliki tata aturan khusus, baik pada proses pembuatan pola hias, unsur-unsur motif, ukuran motif, hingga struktur penataan motif.
Aturan ini diterapkan untuk menjaga makna yang menyertai motif parang.
Meski demikian, Tiwi menilai dengan adanya kemajuan kebudayaan, motif batik bisa menjadi inspirasi dalam perancangan adi busana.
"Busana pesta bisa diciptakan dengan berbasis motif parang sebagai tampilan estetikanya dan bisa dikembangkan lagi visualnya dengan memodifikasikannya dengan unsur-unsur visual seni lainnya," terang Tiwi.
Baca juga: Bahasa Simbol Motif Batik
Lebih lanjut, ia menerangkan jenis motif parang dan siapa saja yang boleh menggunakannya. Berikut ini diantaranya:
"Dalam mengarungi kehidupan tidak boleh mudah putus asa, harus senantiasa berjuang guna meraih derajat kemuliaan, kesejahteraan, dan senantiasa harus menjaga hubungannya dengan Tuhannya dan juga dengan sesama manusia itu sendiri."
"Hal tersebut dilukiskan melalui garis-garis parang yang berkesinambungan tanpat putus. Melalui pola lereng diagonal, menunjukkan bahwa kehidupan ini harus dijalani dengan dinamika yang cerah, tetap waspada, memiliki pendirian yang kokoh serta harus memiliki cita-cita yang luhur," terang Tiwi.
Oleh sebab itu, apabila motif parang diaplikasikan sebagai desain tapak sepatu, tentu hal ini merupakan keputusan yang salah.
Tiwi bahkan menilai desain tapak sepatu tersebut sebagai tindakan yang kurang menghargai budaya leluhur.
"Karena pada dasarnya kain batik atau ageman ada di Keraton Ngayogyakarta dan Surakarta yang memiliki sumber yang sama, yaitu Keraton Mataram," imbuh Tiwi.
"Sebagai wastra, batik harus dijaga lestarinya sebagai salah satu cara menghargai makna filosofis maupun makna simbolis yang mengiringinya. Penciptaan batik klasik termasuk parang tidak begitu saja terjadi, namun melalui serangkaian ritual oleh para penciptanya terdahulu," pungkasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.