Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Motif Batik Dijadikan Outsole Sepatu, Memangnya Boleh?

Kompas.com - 10/12/2021, 10:12 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Lebih lanjut, ia menerangkan jenis motif parang dan siapa saja yang boleh menggunakannya. Berikut ini diantaranya:

  • Parang rusak: motif ini hanya dikenakan oleh para penguasa atau kesatria
  • Prang Rusak Barong: hanya boleh dikenakan oleh raja
  • Parang Klitik: dikenakan oleh putri keraton
  • Parang Kusumo: dikenakan oleh keturunan raja
  • Parang Tuding: dikenakan oleh para sesepuh keraton.

Gubernur DIY sekaligus Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB X menyapa warga melalui tulisan.KOMPAS.COM/YUSTINUS WIJAYA KUSUMA Gubernur DIY sekaligus Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB X menyapa warga melalui tulisan.
Tiwi menambahkan, motif parang memiliki makna yang tinggi di setiap guratannya, seperti menggambarkan proses mengarungi kehidupan dan semangat pantang menyerah seperti ombak yang tidak pernah henti.

"Dalam mengarungi kehidupan tidak boleh mudah putus asa, harus senantiasa berjuang guna meraih derajat kemuliaan, kesejahteraan, dan senantiasa harus menjaga hubungannya dengan Tuhannya dan juga dengan sesama manusia itu sendiri."

"Hal tersebut dilukiskan melalui garis-garis parang yang berkesinambungan tanpat putus. Melalui pola lereng diagonal, menunjukkan bahwa kehidupan ini harus dijalani dengan dinamika yang cerah, tetap waspada, memiliki pendirian yang kokoh serta harus memiliki cita-cita yang luhur," terang Tiwi.

Oleh sebab itu, apabila motif parang diaplikasikan sebagai desain tapak sepatu, tentu hal ini merupakan keputusan yang salah.

Tiwi bahkan menilai desain tapak sepatu tersebut sebagai tindakan yang kurang menghargai budaya leluhur.

"Karena pada dasarnya kain batik atau ageman ada di Keraton Ngayogyakarta dan Surakarta yang memiliki sumber yang sama, yaitu Keraton Mataram," imbuh Tiwi.

"Sebagai wastra, batik harus dijaga lestarinya sebagai salah satu cara menghargai makna filosofis maupun makna simbolis yang mengiringinya. Penciptaan batik klasik termasuk parang tidak begitu saja terjadi, namun melalui serangkaian ritual oleh para penciptanya terdahulu," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com