KOMPAS.com - Di tengah kecanggihan teknologi, banyak tradisi warisan leluhur yang masih dipertahankan. Salah satunya adalah feng shui.
Feng shui, tradisi dari budaya China digunakan dalam menentukan banyak hal, mulai dari bisnis, rumah tangga, kesehatan, hingga rumah.
Laman National Geographic mendeskripsikan feng shui sebagai seni China kuno dalam menata bangunan, benda, serta ruang di suatu lingkungan untuk mencapai keselarasan dan keseimbangan dengan cara yang membawa kedamaian dan kemakmuran.
Feng shui diartikan sebagai "jalan angin dan air", yang berakar dari filosofi Taoisme yang memelajari kehidupan alam.
Sampai saat ini, feng shui tidak hanya bertahan di China, tetapi juga dipraktikkan oleh orang-orang dari berbagai negara di seluruh dunia.
Baca juga: 5 Penataan Ruang yang Harus Dihindari Menurut Feng Shui
Praktik feng shui berasal dari konsep chi dalam Taoisme.
Chi adalah kekuatan hidup yang ada di dalam setiap entitas. Chi terbentuk ketika "yin dan yang", dua kekuatan yang berlawanan saling bersatu untuk melengkapi.
Feng shui lebih kepada menyeimbangkan energi yin dan yang secara harmonis.
Keseimbangan yin dan yang didapat dengan membangun struktur, mengatur furnitur dan barang-barang dekorasi lainnya melalui cara yang meningkatkan chi positif dan menjauhkan chi negatif.
Menurut orang China kuno, chi positif membantu penghuni rumah terhindar dari penyakit, meningkatkan hubungan interpersonal (dua orang atau lebih), dan membawa keberuntungan.
Dalam feng shui, terdapat lima komponen yaitu kayu, api, bumi, logam, dan air.
Kayu melambangkan kreativitas dan pertumbuhan, api mewakili kepemimpinan dan keberanian, dan bumi menunjukkan kekuatan dan stabilitas.
Kemudian, logam menandakan fokus dan ketertiban, dan air melambangkan emosi dan inspirasi.
Dengan memerhatikan kelima komponen ini, kita dapat menciptakan chi positif dan menyeimbangkan aliran energi alami.
Demi menghasilkan keseimbangan energi menjadi lebih mudah, ahli feng shui China menemukan alat yang disebut peta Bagua.