Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pria Ini Divaksinasi Covid-19 10 Kali Sehari, Kok Bisa?

Kompas.com - 13/12/2021, 18:32 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Otoritas Kesehatan Selandia Baru saat ini tengah menyelidiki ulah seorang pria yang dikabarkan divaksinasi Covid-19 sebanyak 10 kali dalam sehari.

Pria tersebut diyakini telah mengunjungi beberapa pusat imunisasi dan membayar calon penerima vaksin Covid-19 untuk mendapatkan dosisnya.

Hal ini bisa terjadi sebab di Selandia Baru seseorang yang sudah memberikan nama, tanggal lahir, dan alamat saat pendaftaran vaksinasi Covid-19 tidak diidentifikasi lebih lanjut.

“Kami sangat prihatin dengan situasi ini dan bekerja sama dengan lembaga terkait,” kata juru bicara vaksinasi dan imunisasi Covid-19 Selandia Baru, Astrid Koornneef.

Dilansir Kompas.com dari New York Post, Senin (13/12/2021), Koornneef mengatakan bahwa kementerian kesehatan negaranya menyadari dan menangani masalah ini dengan sangat serius.

Meski Kementerian Kesehatan Selandia Baru tidak memberikan detail lokasi kejadian itu, tapi sejumlah pihak menyebut ulah pria tersebut sangatlah egois.

Bahkan, ahli vaksin dan profesor Helen Petousis-Harris mengungkapkan ulah pria itu hanya mengambil keuntungan dari seseorang yang membutuhkan uang.

Petousis-Harris menyampaikan, ulah pria tersebut bisa menyebabkan bahaya serius bagi orang-orang yang tidak divaksinasi Covid-19 dan berpotensi menyebarkan virus.

Petousis-Harris menerangkan, seseorang yang menggunakan beberapa dosis vaksin Covid-19 tidak akan mengalami bahaya serius.

Tetapi, kemungkinan ia akan merasa tidak enak badan pada hari berikutnya karena respons kekebalan.

“Kami tahu bahwa orang-orang telah salah diberikan lima dosis penuh dalam botol bukannya diencerkan, kami tahu itu terjadi di luar negeri, dan kami tahu tidak ada masalah jangka panjang,” ujarnya.

Profesor asal University of Auckland ini menambahkan, menerima beberapa dosis vaksin Covid-19 tidaklah ideal.

Apalagi, bila seseorang diberi dosis yang lebih tinggi maka ia bisa mengalami demam, nyeri, dan sakit kepala.

Sementara itu, Koornneef mengatakan seseorang yang diberi dosis vaksin lebih dari yang direkomendasikan harus mencari saran klinis sesegera mungkin.

“Yang jelas hal ini membahayakan orang yang seharusnya menerima vaksinasikarena catatan kesehatannya akan menunjukkan bahwa mereka telah divaksinasi, padahal belum," ucapnya.

“Memiliki status vaksinasi yang tidak akurat tidak hanya membuat Anda berisiko, tetapi juga membahayakan teman, komunitas, serta tim kesehatan yang merawat Anda di masa depan," tambah Koornneef.

“Praktisi medis beroperasi di lingkungan dengan kepercayaan tinggi dan mengandalkan orang-orang untuk bertindak dengan itikad baik dan membagikan informasi benar guna membantu perawatan mereka."

Koornneef menegaskan, jika seseorang telah divaksinasi Covid-19 dengan identitas lain, catatan kesehatan pribadi mereka tidak akan mencerminkan riwayat vaksinasi Covid-19.

Hal ini dapat mempengaruhi bagaimana cara mereka mengelola kesehatan di masa depan.

Baca juga: Wacana Vaksin Booster, Seberapa Perlu Kita Mendapatkannya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com