Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rokok Elektrik Picu Risiko Disfungsi Ereksi, Simak Penjelasannya

Kompas.com - 14/12/2021, 08:39 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber CNN

KOMPAS.com - Belakangan ini semakin banyak studi yang menunjukkan keterkaitan antara penggunaan rokok elektrik dengan disfungsi ereksi atau impotensi.

Yang terbaru, sebuah studi menemukan, pria sehat yang menghisap rokok elektrik setiap hari memiliki risiko dua kali lebih besar terkena disfungsi ereksi, daripada yang tidak melakukannya.

Responden studi merupakan para pengguna rokok elektrik aktif yang berusia 20-65 tahun.

Temuan ini bahkan berlaku untuk pria tanpa masalah kesehatan lain atau tidak punya kebiasaan yang bisa menyebabkan disfungsi ereksi, termasuk merokok.

“Analisis kami memperhitungkan riwayat merokok para peserta, termasuk mereka yang tidak pernah merokok sejak awal.”

Baca juga: Studi: Vape Tingkatkan Risiko Impotensi

Demikian penjelasan lektor di bagian Penggunaan Tembakau, Alkohol, dan Narkoba New York University's Grossman School of Medicine, Dr. Omar El Shahawy.

"Ada kemungkinan bahwa rokok elektrik setiap hari dapat dikaitkan dengan kemungkinan disfungsi ereksi yang lebih tinggi terlepas dari riwayat merokok seseorang," lanjut dia.

Efek nikotin terhadap disfungsi ereksi

Studi yang diterbitkan dalam American Journal of Preventative Medicine, menganalisis data tentang penggunaan rokok elektrik dari studi perwakilan nasional terhadap orang dewasa AS yang berusia di atas 18 tahun.

"Kami mengecualikan orang dengan kolesterol tinggi, diabetes, obesitas, dan penyakit kardiovaskular, yang merupakan alasan utama disfungsi ereksi," kata El Shahawy.

"Dan, kami mengecualikan mereka yang memiliki riwayat merokok."

"Kami menyesuaikan semua itu dan tetap kami menemukan hubungan yang sangat kuat dan signifikan antara vaping dan ejakulasi dini," sambung El Shahawy.

"Untuk pria yang memiliki beberapa riwayat masalah jantung, ada lebih dari tiga kali risiko disfungsi ereksi," tambah dia.

Seorang profesor di Keck School of Medicine University of Southern California, Ahmad Besaratinia, mengatakan ada dua alasan utama dampak rokok elektrik nikotin terhadap disfungsi ereksi.

"Salah satunya adalah fakta bahwa nikotin dan bahan kimia lainnya dalam rokok elektrik dapat mengurangi kemampuan arteri untuk menjadi lebih besar dan melebar, dan itulah yang menyebabkan disfungsi ereksi," kata Besaratinia.

"Bahan kimia ini juga dapat menekan kadar testosteron, penyebab utama disfungsi ereksi lainnya," tambah dia.

Baca juga: Orang Dewasa Muda Perokok Vape Lebih Berisiko Terinfeksi Covid-19

Karena adanya nikotin dan ribuan bahan kimia lainnya, merokok dapat berefek pada sistem tubuh yang mengontrol aliran darah ke organ reproduksi pria, serta menyebabkan kanker dan banyak kondisi kesehatan serius lainnya.

Sementara itu, National Cancer Institute menyampaikan, dalam asap tembakau terkandung lebih dari 7.000 bahan kimia.

Setidaknya sudah diketahui 250 kandungan berbahaya, termasuk hidrogen sianida, karbon monoksida, dan amonia.

Di sisi lain, El Shahawy menggambarkan apabila seseorang tetap menghisap terlalu banyak rokok tembakau, maka risiko disfungsi ereksi dapat meningkat.

Semakin banyak rokok yang dihisap tentu kadar nikotin ikut meningkat. Fakta ini juga berlaku untuk penelitian rokok elektrik.

"Rokok elektrik generasi baru menghasilkan banyak nikotin, beberapa di antaranya memiliki kadar nikotin yang lebih tinggi daripada rokok," tambah El Shahawy.

Meski begitu, El Shahawy menyebut risiko terkena disfungsi ereksi bisa lebih rendah jika seseorang melakukan aktivitas fisik.

Karena penelitian ini bersifat cross sectional -artinya melihat hubungan satu sama lain pada titik waktu tertentu- yang diteliti para peneliti adalah hubungan antara rokok elektrik dan disfungsi ereksi, dan bukan mencari penyebab atau akibat langsung.

 

Rokok elektrik, cara untuk berhenti merokok

Dari survei nasional menunjukkan lebih dari setengah juta warga Australia mengisap vape, naik dari seperempat juta di tahun 2016.UNSPLASH/NERY ZARATE via ABC INDONESIA Dari survei nasional menunjukkan lebih dari setengah juta warga Australia mengisap vape, naik dari seperempat juta di tahun 2016.
Rokok elektrik diklaim bisa menjadi cara untuk menghentikan kebiasaan merokok tembakau.

Bahkan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS sedang mengevaluasi dan menyetujui sejumlah merek rokok elektrik yang dapat digunakan untuk berhenti merokok.

Baca juga: Pengguna Vape dan Perokok Lebih Rentan Tertular Covid-19

Badan ini mengharuskan perusahaan rokok elektrik untuk menunjukkan data tentang bagaimana produk mereka mampu membuat seseorang berhenti menghisap rokok tembakau.

Meski begitu, anjuran ini bisa menjadi pedang bermata dua.

Sebab, di satu sisi rokok elektrik bisa menjadi alat untuk menghentikan kebiasaan merokok tembakau dan ganja, tapi di sisi lain ada risiko disfungsi yang mengintai.

Ada pun, menurut rilis pada bulan September yang dipublikasikan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS dan FDA ditemukan lebih dari 2 juta anak-anak SMP dan SMA menggunakan rokok elektrik.

Survei bahkan menemukan, seperempat dari kaum muda -berkisar antara 500.000 orang- menghisap rokok elektrik setiap hari.

Dari data ini, lebih dari tiga perempat remaja lebih menyukai rokok elektrik dengan rasa buah, permen, mint, dan mentol.

El Shahawy mengungkapkan, walau rokok elektrik sudah dilabeli bebas nikotin tetap saja berisiko.

"Studi dasar telah melihat rokok elektrik bebas nikotin, dan mereka akan menemukan jejak nikotin di dalamnya," kata El Shahawy.

Baca juga: Asap Vape Mempercepat Kulit Keriput

"Bukan hanya jumlah nikotin yang diiklankan dalam e-liquid. Perangkat, koil pemanas, bagaimana panas dihasilkan semua itu dapat mengubah kadar nikotin yang sebenarnya dikirimkan ke orang yang menggunakan vape," tambah dia.

Saat ini, kata El Shahawy, peneliti belum mengetahui apakah ada perubahan permanen pada kemampuan pria saat berhubungan seksual.

"Apakah disfungsi ereksi sesuatu yang akan hilang begitu saja jika seseorang berhenti menghisap rokok elektrik, atau ini adalah sesuatu yang dapat memiliki efek residual di masa depan?"

Baca juga: Pengguna Vape dan Perokok Lebih Rentan Tertular Covid-19

"Kami membutuhkan studi yang lebih baik untuk dapat mengevaluasi dampak jangka pendek dan jangka panjangnya," kata dia.

Berdasarkan temuan ini, El Shahawy menyarankan pria yang masih menggunakan rokok elektrik untuk kesenangan agar berhenti.

“Kalau tidak merokok, jangan mulai. Tidak ada gunanya menghisap rokok elektrik karena tidak aman dengan sendirinya," tandas El Shahawy.

"Tapi jika kita sudah merokok dan ingin berhenti, maka bisa memilih menggunakan vape. Pertahankan. vaping ke tingkat minimal, cukup untuk mengatasi keinginan merokok, dan kemudian berhenti," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com