Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Cervical Vertebrae Dislocation yang Sempat Dialami Laura Anna

Kompas.com - 15/12/2021, 17:22 WIB
Sekar Langit Nariswari,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Selebgram Edelenyi Laura Anna sempat mengalami cervical vertebra dislocation sebelum meninggal dunia pada Rabu, (15/12/2021).

Kondisi yang juga dikenal dengan istilah dislokasi tulang leher ini membuatnya lumpuh seketika. Ia harus menghabiskan waktu di tempat tidur pasca kecelakaan lalu lintas yang dialaminya 2019 lalu.

Cervical vertebra dislocation biasanya dialami oleh pasien yang pernah mengalami trauma atau kecelakaan hebat, khususnya menyasar bagian leher dan kepala.

Hal ini menyebabkan cedera pada tulang belakang leher, dan dua atau lebih tulang belakang yang bersebelahan terpisah secara tidak normal. Akibatnya, tulang belakang bergeser dari posisi seharusnya dan tidak bisa bekerja seperti seharusnya.

Cervical vertebrae dislocation bisa diawali dengan sejumlah gejala seperti nyeri hebat di leher  yang menjalar hingga ke bahu bagian atas.

Selain itu, mati rasa, kesemutan dan sensasi melemah atau kaku yang ekstrem pada bagian tubuh tersebut juga bisa jadi gejala awalnya.

Dampak cervical vertebra dislocation

Edelenyi Laura Anna kehilangan kemampuan bergerak usai mengalami cervical vertebra dislocation. Kelumpuhan ini adalah salah satu risiko yang paling sering muncul akibat dislokasi tulang ini.

Cedera yang melibatkan tulang belakang leher dapat berdampak pada bagian tubuh manusia atas karena saraf di leher mengontrol otot-otot di area tersebut. Kerusakan saraf di leher dapat menyebabkan kelemahan, kekakuan, dan mati rasa pada bahu, lengan, dan tangan.

Ketika vertebra serviks patah atau mengalami cedera, ini bisa menyebabkan kondisi parah bahkan mengancam jiwa. Seperti disebutkan sebelumnya, vertebra serviks membantu melindungi sumsum tulang belakang dan saraf yang halus.

Tulang belakang leher penting untuk memposisikan kepala kita tetap tegak. Gerakan dominan di tulang belakang leher bagian bawah adalah fleksi-ekstensi, tetapi anatomi tulang belakang leher memungkinkan cukup banyak gerakan di semua bidang.

Pada cedera berkecepatan tinggi, kepala dapat bertindak sebagai lengan pengungkit yang signifikan pada tulang belakang leher dan, tergantung pada mekanismenya, dapat menciptakan beragam pola cedera.

Baca juga: 11 Cara Menjaga Tulang Belakang Tetap Sehat hingga Tua

Pengobatan cervical vertebra dislocation

Pengobatan untuk pasien dengan cervical vertebra dislocation, seperti Laura Anna, dapat dikategorikan sebagai konservatif, atau nonoperatif, dan bedah, atau operatif.

Tahapan awal biasanya melibatkan traksi tulang dan reduksi tertutup, dengan pin logam ditempatkan di tengkorak yang terhubung ke katrol, tali, dan pemberat.

Sedangkan perawatan nonoperatif termasuk perawatan brace (orthotic) dan obat-obatan. Jenisnya juga beragam termasuk orthosis serviks-toraks plastik keras hingga imobilisasi rompi halo, sesuai dengan kondisi pasien.

Metode pengobatan melalui tindakan bedah biasanya dilakukan dengan fusi dan instrumentasi serviks posterior. Caranya dengan memasukkan sekrup dan batang logam kecil untuk menstabilkan tulang belakang.

Pilihan lain termasuk dekompresi anterior dan fusi dengan atau tanpa instrumentasi. Fraktur yang sangat tidak stabil mungkin memerlukan pembedahan leher anterior dan posterior.

Tujuan pengobatan untuk pasien dislokasi tulang leher adalah untuk mempertahankan atau meningkatkan fungsi neurologis, memberikan stabilitas dan mengurangi rasa sakit.

Namun, banyak pasien memiliki kondisi yang tidak stabil dan tidak akan sembuh dengan sendirinya sehingga pembedahan kerap kali dibutuhkan. 

Dekompresi bedah, yang merupakan pengangkatan fragmen tulang dari sumsum tulang belakang, mungkin juga diperlukan untuk memaksimalkan peluang pasien untuk perbaikan neurologis dan pemulihan dari cedera tulang belakang.

Kesembuhan pasien cervical vertebra dislocation sendiri dapat dipengaruhi sejumlah faktor. Misalnya saja jenis dan lokasi tulang yang mengalami dislokasi dan tingkat keparahan maupun perpindahannya.

Adanya kompresi sumsum tulang belakang, saraf, disfungsi neurologis atau cedera tulang belakang juga sangat menentukan. Selain itu, usia pasien, kondisi medis, dan cedera terkait juga bisa memberikan pengaruh pada kondisinya.

Baca juga: Kerusakan Tulang Belakang hingga Maut, akibat Gaya Hidup Mager

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com