KOMPAS.com - Penyebaran konten pornografi di internet semakin merajalela dan menjadi sumber banyak masalah.
Salah satunya memicu kecanduan pornografi yakni obsesi terhadap konten seksual sehingga mengganggu keseharian. Penggunaan konten pornografi online secara berlebihan ini merupakan kombinasi dari kecanduan internet dan seks.
Kecanduan pornografi akibat konten internet khususnya banyak dialami oleh anak muda. Apalagi di masa sekarang ketika penggunaan media sosial sangat masif dan akses internet begitu luas.
Baca juga: Kecanduan Pornografi di Usia 11 Tahun, Billie Eilish Alami Mimpi Buruk
Ada banyak konten pornografi yang sangat mudah dijumpai di lini masa Twitter, Instagram sampai TikTok. Belum lagi kehadiran sejumlah situs penyedia konten pornografi seperti PornHub atau OnlyFans.
Semuanya bisa didapatkan dengan mudah dan tanpa mengeluarkan uang sepeser pun. Pilihannya juga sangat banyak dan berbagai jenis termasuk sarat akan kekerasan seksual.
Kecanduan pornografi diawali dorongan tak terkendali untuk mendapatkan kepuasan seksual melalui bentuk hiburan tersebut. Namun relasinya meningkat sehingga dorongan tersebut menjadi lebih sering dan lebih kuat.
Koneksi ini bisa menjadi sangat kuat sehingga hanya dengan duduk di depan komputer atau smartphone saja sudah dapat menimbulkan respons seksual.
Dorongan untuk menyaksikan konten pornografi di internet ini kemudian mengganggu kehidupannya. Kita bisa menghabiskan waktu seharian hanya demi mencari konten pornografi di dunia maya.
Baca juga: Tanda-tanda Anak Sudah Kecanduan Pornografi
Dikutip dari Psychology Today, pengalaman tersebut biasanya juga memicu rasa malu dan bersalah. Banyak pecandu pornografi melaporkan bahwa mereka berakhir dalam situasi menyedihkan ketika pelepasan seksualnya menjadi satu-satunya pengalaman positif yang didapatkan dari konten tersebut.
Padahal, awalnya mayoritas orang yang menggunakan pornografi online hanya untuk rekreasi atau sekedar mengisi waktu luang.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.