Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/12/2021, 09:48 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Wisnubrata

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Kita sering diminta untuk banyak bersyukur pada hal apa pun yang sudah terjadi atau yang sedang kita rasakan saat ini.

Meski terdengar sepele, faktanya bersyukur merupakan hal yang sulit dilakukan oleh banyak orang. Kita lebih mudah mengeluh daripada bersyukur.

Padahal bersyukur bukanlah ungkapan emosional belaka, sebab mempraktikkannya secara teratur dapat bermanfaat bagi kesehatan.

Selain itu, banyak-banyak bersyukur ternyata bisa menjaga kondisi mental seseorang secara keseluruhan.

Apa itu rasa syukur?

Bersyukur berarti menghargai apa pun yang terjadi dalam hidup. Ini kebalikan dari utang budi, yang mengacu pada keyakinan bahwa seseorang harus berterimakasih karena telah mendapatkan atau berhutang untuk hal-hal baik.

Psikolog yang juga seorang penulis, Karen Lynn Cassiday mengatakan kunci untuk melatih rasa syukur adalah belajar menyadari bahwa kita telah dianugerahi dengan sesuatu yang baik.

Sementara itu, direktur klinis dari Anxiety Treatment Center of Greater Chicago, Cassiday menjelaskan bahwa syukur adalah sikap menghargai pemberian dari orang lain, alam semesta, atau Sang Pencipta.

"Dan, Anda beruntung telah menerima berkat itu,” kata Cassiday.

Baca juga: 9 Manfaat Bersyukur untuk Kesehatan

Ilmu bersyukur

Sudah ada beragam cara untuk mempelajari syukur selama beberapa dekade. Bahkan, Cassiday menyebut terdapat 15.000 penelitian yang membahas hal ini.

Dari belasan ribu penelitian, hasilnya rata-rata menunjukkan manfaat kesehatan secara mental dan emosional dari rasa syukur.

Pada tahun 2019, tim peneliti dari Belanda melakukan pendekatan baru dengan meninjau kembali penelitian soal syukur dari dekade sebelumnya. Tetapi, yang ditinjau ulang adalah dampaknya pada manfaat fisik.

Penelitian mendukung temuan sebelumnya yang mendapati bahwa bersyukur punya dampaknya bagi kesehatan tubuh secara keseluruhan bila diarahkan pada mental dan emosional.

Cassiday mengatakan temuan ini masuk akal sebab rasa syukur dapat membuat tubuh melepaskan dopamin dan oksitosin.

Ada pun, dopamin adalah hormon yang bisa membuat seseorang merasa lebih baik. Sedangkan, oksitosin merupakan hormon yang mendorong ikatan dengan orang lain.

Rasa syukur melindungi dari emosi negatif, seperti depresi, kesedihan, dan kemarahan, dan melawan emosi beracun, seperti dendam, cemburu, sinisme, dan kebencian,” kata Cassiday.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com