Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/12/2021, 13:46 WIB
Sekar Langit Nariswari,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kesedihan akibat kematian orang yang disayangi kadang tidak muncul begitu saja, namun perlahan bertambah hingga memuncak.

Perasaan tersebut datang secara bertahap sampai akhirnya kita benar-benar merasa kehilangan. Sampai akhirnya kesedihan yang dirasakan terasa seperti tak tertahankan dan berlarut-larut.

Kehilangan orang yang disayangi memang menciptakan kesediahan yang rumit dan sulit dipahami.

Baca juga: Kesedihan Berlarut Akibat Kematian Orang Terdekat, Apakah Normal?

Namun sebenarnya itu adalah proses emosional yang wajar dialami oleh semua orang. Namun tidak semua dari kita tahu cara menghadapinya sehingga bisa menerima perasaan tersebut.

Berikut adalah lima tahapan kesedihan yang lazin kita rasakan dan cara terbaik menghadapinya:

Penyangkalan

Tahap pertama adalah penyangkalan alias denial yang sebenarnya membantu kita meminimalkan rasa sakit emosional luar biasa tersebut. Perubahan kondisi yang ekstrem ini membuat pikiran kita butuh waktu untuk beradaptasi.

Fase ini menjadi momen untuk mengumpulkan informasi untuk dijelajahi dan banyak kenangan menyakitkan untuk diproses. Denial mencoba memperlambat proses ini dan membawa kita melewatinya secara bertahap, daripada mengambil risiko potensi perasaan kewalahan oleh emosi kita.

Tahap pertama kesedihan ini membantu kita menyerap kondisi terbaru dan memahami apa yang terjadi.

Amarah

Amarah adalah tahapan kedua dari kesedihan saat mulai memahami kondisi yang dihadapi. Kita mulai merasakan sakit emosional, merasa frustasi akibat tidak berdaya sehingga muncul kemarahan.

Kerapkali seseorang akan mengarahkan amarahnya pada orang lain, Tuhan atau kehidupan. Beberapa orang juga marah ketika orang yang dicintainya meninggal karena merasa ditinggalkan sendirian.

Amarah memungkinkan kita untuk mengekspresikan emosi dengan lebih sedikit rasa takut akan penilaian atau penolakan.

Akan lebih baik jika kita tidak mengisolasi diri karena kesedihan maupun amarah yang dirasakan bisa mereda dari kenyamanan, koneksi, dan kepastian berinteraksi dengan orang lain.

Tawar-menawar

Kesedihan membuat kita merasa begitu putus asa sehingga bersedia melakukan apa saja untuk meringankan perasaan tersebut. Hal ini membuat kita cenderung melakukan tawar-menawar ke kekuatan yang lebih tinggi, Tuhan.

Ada kesadaran akut akan kemanusiaan kita ketika menyadari tidak ada yang bisa dilakukan untuk mempengaruhi kenyataan.

Pada tahapan ini, kita juga cenderung berfokus pada kesalahan atau penyesalan pribadi. Kita juga cenderung membuat asumsi drastis bahwa jika keadaan berjalan berbeda, kesedihan ini akan hilang begitu saja atau bisa dielakkan.

Depresi

Ketika kesedihan mulai mereda, kita mulai bisa memahami kenyataan dan situasi yang dihadapi. Kita mulai merasakan kehilangan orang yang dicintai secara berlebihan termasuk kebiasan hariannya.

Saat kepanikan mulai mereda dan kabut emosional mulai hilang maka kehilangan terasa lebih nyata dan tak terhindarkan.

Umumnya, kita akan cenderung menarik diri sehingga kesedihannya terasa lebih dalam atau berlarut. Kita mulai malas bersosialisasi atau berinteraksi dengan orang lain karena sedang meratapi nasib.

Depresi adalah tahapan yang alami dalam memproses kesedihan namun bisa membahayakan. Kita harus mengambil langkah yang tepat agar kesedihan tersebut tidak berlarut dan malah terjebak pada perilaku negatif.

Penerimaan

Tahapan terakhir dari kesedihan adalah penerimaan ketika kita tak lagi melawan kenyataan atau situasi yang berbeda. Kita bukannya tidak merasakan sakitnya kehilangan tersebut namun tidak lagi berusaha mengubah menjadi hal yang berbeda.

Ketika kita sampai pada suatu tempat penerimaan, bukan berarti kita tidak lagi merasakan

Kesedihan dan penyesalan masih bisa hadir dalam fase ini tetapi taktik bertahan hidup emosional dari penyangkalan, tawar-menawar, dan kemarahan cenderung tidak ada.

Baca juga: Cara Mengatasi Kesedihan Setelah Kematian Orang Terdekat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com