Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kurang Stimulasi dan Interaksi Jadi Pemicu Anak Terlambat Bicara

Kompas.com - 17/12/2021, 16:23 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Terlambat bicara atau speech delay merupakan salah satu gangguan tumbuh kembang yang sering terjadi. Kondisi ini menyebabkan kemampuan bicara anak tidak sesuai usianya.

Diperkirakan 5-10 persen anak mengalami speech delay. Di Jakarta Child Development Center (JCDC) kondisi ini juga banyak ditemui, terutama di usia 2-6 tahun.

Menurut pendiri JCDC, psikolog Nadia Emanuella Gideon, gangguan terlambat bicara bisa disebabkan karena anak kurang berinteraksi dan mendapat stimulasi yang tepat.

"Pandemi sendiri menyebabkan anak kurang berinteraksi, selain orangtua sendiri yang belum mengerti apa cara yang dapat menstimulasi perkembangan sensori anak," kata Nadia dalam perayaan hari jadi JCDC yang ke-2 pada 10 Desember 2021.

Perayaan hari jadi ke-2 ini juga dimaknai dengan bekerja sama bersama Alfamart dalam program #WECARE untuk memberikan donasi berupa alat-alat bantu disabilitas sejumlah total Rp 100.000.000 kepada kaum penyandang disabilitas,

Dilansir dari Healthline, ada sejumlah faktor lain yang bisa menyebabkan anak mengalami speech delay, antara lain gangguan pendengaran, autisme, cacat intelektual, atau pun masalah psikologis.

Baca juga: Speech Delay Pada Anak: Definisi, Gejala, dan Cara Penanganannya

Terlambat bicara bisa menyebabkan anak kesulitan berkomunikasi atau pun memahami bahasa.

Nadia mengatakan, orangtua bisa membawa anak ke psikolog untuk melakukan penilaian dan skirning.

"Setelah ada hasilnya nanti bisa dilanjutkan dengan terapi okupasi, terapi wicara, atau program pengayaan dalam menstimulasi dan menyesuaikan pertumbuhan dan perkembangan anak," paparnya.

Terapi wicara juga harus terus dilanjutkan di rumah agar kemampuan bicara anak terus berkembang.

Baca juga: Membentuk Anak Cerdas dengan Stimulasi Sejak Dini

Pola asuh yang tepat

Dalam acara tersebut, Nadia juga menjelaskan metode DIR Floortime dalam pola pengasuhan.

DIR Floortime (development, indvidual differences relationship based) merupakan pendekatan yang mendorong proses perkembangan anak dan memahami serta mendorong keunikan individu, dengan didasari proses yang menyenangkan dan berbasis interaksi antara anak dan orang di sekitarnya sehingga potensi anak terpenuhi.

Pendekatan ini harus memahami bahwa setiap individu anak berbeda. Masing-masing anak memiliki minat atau kemauan berbeda.

“Dengan menggunakan metode DIR Floortime, maka kita menggunakan minat anak untuk masuk ke dunia mereka sehingga mereka bisa terhubung dengan kita dan pada akhirnya kita bisa membawa mereka ke hal-hal yang ingin kita tanamkan," ujarnya.

Walau begitu, Nadia mengingatkan bukan berarti orangtua mengikuti semua kemauan anak.

"Kita mengikuti itu hanya sebagai cara untuk pendekatan ke anak saja, karena batasan, nilai-nilai, dan aturan tetap perlu diterapkan secara konsisten” ujarnya.

Baca juga: Mengenal Gejala ADHD pada Anak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com