Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Fakta Penting Soal Pikun, Demensia yang Bukan Hanya Dialami Lansia

Kompas.com - 18/12/2021, 13:33 WIB
Sekar Langit Nariswari,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pikun adalah penyakit demensia yang berisiko tinggi dialami semua orang, bukan hanya lansia.

Gejalanya berkaitan dengan masalah memori, pemikiran atau bahasa, dan perubahan suasana hati, emosi, persepsi dan perilaku. Keluhan tersebut biasanya meningkat seiring dengan penuaan namun tidak disebabkan penambahan usia itu sendiri.

Pakar kesehatan dari Universitas Indonesia, Dr. dr. Ninik Mudjihartini, MS mengatakan demensia bisa juga disebut dengan pikun. Hal ini terjadi karena menurunnya kemampuan berpikir secara drastis akibat gangguan jaringan otak.

"Ada banyak jenis demensia namun paling banyak adalah kasus alzheimer, bisa sampai 60 sampai 70 persen," katanya dalam webinar bertajuk Kiat Sehat Lansia Pasca Pandemi COVID-19, Sabtu (18/12/2021).

Baca juga: Lupa Vs Pikun, Gangguan Daya Ingat yang Serupa Tapi Tak Sama

Fakta penting soal demensia, pikun yang sering dialami lansia

Ilustrasi demensia, apa itu demensia, penyebab demensiaShutterstock/Motortion Films Ilustrasi demensia, apa itu demensia, penyebab demensia

Kebanyakan masyarakat belum sadar akan risiko demensia alias pikun. Gejala gangguan daya ingat kerap disalahartikan sebagai perilaku lupa biasa padahal kondisinya sangat berbeda.

Selain itu, demensia juga bisa dicegah risikonya dengan pola perilaku hidup sehat. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah kerusakan jaringan otak yang menjadi penyebab pikun ini.

Untuk lebih jelasnya, berikut adalah lima fakta penting soal demensia alias pikun, dikutip dari Alzheimer's Society.

Baca juga: Tak Mungkin Ada Orang yang Lupa Cara Bersepeda, Kenapa?

Demensia bukan bagian alami dari penuaan

Orang tua yang lupa pada nama, wajah atau momen kenangan tertentu adalah hal yang normal. Namun demensia juga membuat penderitanya kesuliran merencanakan, memikirkan sesuatu dan harus berusaha keras untuk terus mengikuti percakapan.

Selain itu, demensia juga memberikan perubahan besar pada suasana hati dan perilakunya.

Oleh sebab itu, demensia bukanlah bagian alami dari penuaan dan tidak hanya mempengaruhi orang tua. 

Demensia disebabkan oleh penyakit otak

Demensia disebabkan oleh kerusakan pada jaringan otak, bukan hanya sekedar peristiwa lupa biasa.

Penyakit Alzheimer, jenis demensia yang paling dominan, disebabkan matinya sel-sel saraf sehingga merusak struktur dan kimia otak.

Ada berbagai jenis pikun atau demensia yang berbeda, tergantung bagian otak mana yang mengalami kerusakan.

Baca juga: Manfaat Kopi untuk Mencegah Alzheimer

Ada banyak penyebab lain dan tidak ada dua jenis demensia yang sama. Dalam berbagai jenis demensia ada kerusakan pada bagian otak yang berbeda.

Setiap orang mengalami demensia dengan caranya sendiri. Banyak hal yang dapat memengaruhi hal ini, termasuk sikap seseorang terhadap diagnosis dan kesehatan fisiknya.

Faktor lain termasuk hubungan yang dimiliki dengan teman dan keluarga, perlakuan dan dukungan yang mdidapatkan, dan lingkungannya.

Bukan hanya sekedar gangguan ingatan

Demensia alias pikun tidak hanya membuat seseorang kesulitan mengingat. Gejala lainnya juga termasuk gangguan pada cara berpikir, berbicara, memahami sesuatu, merasakan, dan berperilaku.

Dokter Ninik menjelaskan, demensia bahkan membuat seseorang kesulitan melakukan kegiatan yang familiar termasuk menggunakan ponselnya sendiri.

Selain itu, demensia membuat seseorang kehilangan kepercayaan diri dan menarik diri dari lingkungan sosial.

Gejala demensia secara bertahap memburuk dari waktu ke waktu. Seberapa cepat ini terjadi bervariasi dari orang ke orang – dan beberapa orang tetap mandiri selama bertahun-tahun.

Baca juga: Kenali, Makanan yang Memperburuk Risiko Demensia

Penderita demensia bisa tetap hidup normal

Tidak ada obat untuk demensia namun penderitanya masih bisa tetap hidup normal. Ada sejumlah perawatan yang bisa dilakukan untuk mencegah gejalanya dan terjadi pemburukan.

Misalnya saja dengan melakukan stimulasi kognitif dan tetap aktif secara fisik, mental maupun sosial. Hal tersebut dapat meningkatkan kerja otak, mempertahankan daya ingat dan mencegah depresi yang dirasakan akibat gejala yang dirasakan.

Tidak hanya terjadi pada lansia

Demensia memang banyak terjadi pada lansia namun juga bisa dialami anak muda. Kondisi yang dialami orang di bawah usia 65 tahun ini sering disebut demensia onset dini atau demensia usia kerja.

Hal ini memang relatif jarang terjadi namun harus diwaspadai dan dicegah. Gejala awalnya biasanya kehilangan memori, masalah dengan gerakan, berjalan, koordinasi atau keseimbangan.

Selain itu, demensia pada anak muda cenderung diturunkan melaluo genetik. Namun hal ini tidak memicu sejumlah masalah kesehatan serius lainnya meskipun perlu banyak penyesuaian untuk bisa beraktivitas normal.

Baca juga: 5 Tanda Awal Terkena Demensia

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com