Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/12/2021, 14:31 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Respons emosional seperti stres sering dikaitkan dengan tekanan darah tinggi atau hipertensi.

Jika kita sering merasa stres, maka kita disebut-sebut lebih rentan mengalami hipertensi. Bagaimana penjelasan medis soal hal ini? Apakah stres menyebabkan tekanan darah tinggi hanyalah mitos?

Luke Laffin, MD, ahli jantung dan co-director Center for Blood Pressure Disorder di Cleveland Clinic menjelaskan kaitan antara stres dan tekanan darah tinggi.

Berdasarkan penuturannya, kita harus terlebih dahulu melihat seperti apa stres yang kita alami.

"Jika kita berpikir tentang stres, pisahkan menjadi dua kategori stres: akut dan kronis," katanya.

Baik stres akut maupun kronis sama-sama dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, namun efek jangka panjang di antara kedua jenis stres itu berbeda.

Baca juga: 10 Perubahan Gaya Hidup untuk Menurunkan Tekanan Darah

Stres akut dan tekanan darah

Stres akut adalah stres yang disebabkan oleh peristiwa tertentu. Misalnya, kita menghadapi tenggat waktu kerja yang ketat atau terlibat perselisihan dengan orang lain.

Dalam kasus ini, gejala stres dapat muncul tetapi akan menghilang begitu stresor atau pemicu stres hilang.

"Stres akut dapat meningkatkan detak jantung dan sistem saraf simpatik kita, yang akhirnya meningkatkan tekanan darah," sebut Laffin.

Durasi atau lamanya stres akut bisa berbeda-beda pada setiap orang. Menurut Laffin, selama kita stres, tekanan darah akan tetap tinggi.

"Pada akhirnya ini mengenai bagaimana kita mengatasi dan menangani stres," tambah dia.

"Tubuh dapat menangani perubahan tekanan darah yang akut ini dengan relatif baik. Apa yang dikhawatirkan adalah tekanan darah yang meningkat secara kronis."

Stres kronis dan tekanan darah

Tidak diketahui dengan pasti bagaimana stres kronis dapat memengaruhi tekanan darah, menurut Laffin.

Studi terbaru menunjukkan tubuh manusia cenderung melepaskan lebih banyak hormon stres seiring dengan stres yang berkepanjangan.

Namun dari studi itu pula, ditemukan stres dapat memengaruhi kebiasaan dan gaya hidup kita, yang akhirnya memicu hipertensi.

"Orang yang mengalami stres kronis cenderung kurang tidur, tidak banyak berolahraga dan membuat pilihan makanan yang tidak sehat," ujar Laffin.

"Hal ini mengarah pada tekanan darah yang lebih tinggi dan peningkatan risiko stroke atau masalah kardiovaskular lain yang merugikan."

Stres akut bisa berubah menjadi stres kronis

Laffin mencatat, setiap orang menangani stres dengan cara berbeda, sehingga agak sulit menemukan kapan stres akut dapat berubah menjadi stres kronis.

"Apabila stresor berlangsung selama berminggu-minggu, maka stres akut berisiko untuk berubah menjadi stres kronis," ucapnya.

"Dua orang bisa berada dalam situasi yang sama persis, namun situasi tersebut jauh lebih membuat satu orang stres dibandingkan orang lain."

"Ada beberapa orang yang bisa mengatasi stres dengan lebih baik dan memiliki strategi coping yang lebih sehat atau sistem pendukung," lanjut dia.

Baca juga: 6 Cara Alami Turunkan Tekanan Darah, Sudah Tahu?

Tips menurunkan stres

Demi menurunkan tingkat stres dan tekanan darah, cobalah simak tips yang dipaparkan Laffin sebagai berikut:

1. Berolahraga

"Olahraga secara teratur sudah sering disebutkan sebagai cara yang bagus untuk membuat orang merasa lebih baik, mengurangi tingkat stres dan membantu mereka beradaptasi dengan situasi stres," kata Laffin.

Olahraga baik bagi kesehatan jantung, dan jantung yang sehat juga penting untuk tekanan darah kita.

2. Tidur berkualitas

"Kita harus fokus pada kuantitas dan kualitas tidur. Kita memerlukan waktu enam hingga delapan jam tidur tanpa gangguan," tutur Laffin.

3. Menghilangkan pemicu stres

Menghindari hal-hal yang menyebabkan stres sangat penting untuk membantu mengurangi stres, meski itu tidaklah mudah.

"Jika pekerjaan adalah penyebab utama stres, mungkin saatnya untuk mulai mencari pekerjaan baru," tegas Laffin.

Cara itu belum tentu berhasil bagi setiap orang, jadi kita mungkin memerlukan langkah lain untuk mengurangi stres.

4. Pola makan yang baik

Makanan tinggi garam dan lemak dapat meningkatkan tekanan darah meski kita belum merasakan stres.

Membatasi asupan garam dan lemak, serta minuman beralkohol dapat membantu menurunkan tekanan darah.

Laffin juga menyarankan agar kita mencoba melakukan terapi atau meditasi sebagai pilihan lain dalam mengatasi stres.

Baca juga: 10 Perubahan Gaya Hidup untuk Menurunkan Tekanan Darah

Mengobati stres

Semua cara sudah dicoba, namun karena berbagai alasan, ada banyak orang yang hanya bisa mengandalkan obat-obatan untuk menurunkan tingkat stres dan tekanan darah.

Obat-obatan yang ampuh dalam menurunkan stres bisa jadi belum tentu cocok bagi setiap orang. Oleh karenanya, kita perlu berkonsultasi dengan dokter.

"Jika stres dan kecemasan menyebabkan peningkatan tekanan darah, kita dapat mencoba obat yang disebut beta-blocker," kata Laffin.

"Obat ini bukan pengobatan lini pertama untuk tekanan darah pada kebanyakan orang."

"Tetapi jika stres dan kecemasan mendorong peningkatan tekanan darah, obat ini dapat membantu karena bisa menurunkan aktivitas sistem saraf simpatik kita dan memperlambat detak jantung situasi stres."

Obat lain yang dapat menurunkan tekanan darah meliputi obat penghambat saluran kalsium dan penghambat reseptor angiotensin, tambah Laffin.

Tetapi sekali lagi, sebaiknya kita bertemu dokter dan menanyakan apakah obat-obatan tersebut aman dikonsumsi oleh tubuh kita atau tidak.

Baca juga: Studi: Pandemi Bikin Tekanan Darah Meningkat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com