Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/12/2021, 10:40 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tekanan darah tinggi, atau hipertensi adalah faktor risiko utama dari beberapa penyakit mematikan, seperti serangan jantung atau stroke.

Hipertensi sering disebut sebagai silent killer karena jarang menyebabkan gejala, kecuali jika kita memantau tekanan darah kita.

Rajin berolahraga bisa menjadi upaya untuk meminimalkan risiko tekanan darah tinggi, entah itu pergi ke gym, berenang, bersepeda, atau berjalan kaki.

Namun jika kita ingin melindungi diri dari tekanan darah tinggi seiring bertambahnya usia, kita perlu memulai aktivitas fisik sejak usia muda dan menjaga tingkat latihan sampai berusia paruh baya.

Fakta ini tercantum dalam studi yang meneliti lebih dari 5.000 responden di empat kota di AS.

Studi itu mengungkap, faktor sosial dapat menyebabkan upaya memertahankan aktivitas fisik lebih sulit dilakukan oleh remaja dan orang berusia 20-an.

"Remaja dan mereka yang berusia awal 20-an mungkin aktif secara fisik tetapi pola ini berubah seiring bertambahnya usia."

Demikian penjelasan Kirsten Bibbins-Domingo, penulis studi dan ahli epidemiologi di University of California, San Francisco (UCSF).

Studi tersebut dimuat dalam American Journal of Preventive Medicine, pada April 2021.

Sejumlah penelitian terdahulu menunjukkan olahraga dapat menurunkan tekanan darah, namun hasil studi terbaru ini berbeda.

"Memertahankan aktivitas fisik selama masa remaja, pada tingkat yang lebih tinggi dari yang direkomendasikan mungkin sangat penting untuk mencegah hipertensi," kata Bibbins-Domingo.

Baca juga: Tips Olahraga untuk Cegah dan Mengatasi Hipertensi

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, satu dari empat pria dan satu dari sekitar lima wanita di dunia terkena hipertensi.

Sayangnya, kebanyakan penderita tekanan darah tinggi bahkan tidak mengetahui apabila mereka mengalami penyakit tersebut.

Itu sebabnya, hipertensi sering disebut sebagai silent killer, seperti yang sudah disinggung di paragraf awal.

Lebih dari 5.100 peserta dilibatkan dalam studi ini.

Para peneliti memantau kesehatan setiap peserta selama tiga dekade dengan penilaian fisik dan kuesioner tentang kebiasaan olahraga, status merokok, dan asupan alkohol mereka.

Pada setiap penilaian, tekanan darah peserta diukur tiga kali. Untuk analisis data, peserta dikelompokkan ke dalam empat kategori berdasarkan ras dan jenis kelamin.

Secara keseluruhan, tingkat aktivitas fisik peserta menurun pada usia 18-40 tahun. Tingkat hipertensi meningkat, dan aktivitas fisik peserta menurun selama beberapa dekade berikutnya.

Hasil ini memerlihatkan, masa remaja adalah momen penting mencegah hipertensi di usia paruh baya dengan program kesehatan yang dirancang untuk meningkatkan olahraga.

"Hampir setengah dari peserta kami di masa remaja memiliki tingkat aktivitas fisik tidak optimal, yang secara signifikan terkait dengan timbulnya hipertensi," kata penulis utama studi Jason Nagata.

"Ini menunjukkan bahwa kita perlu meningkatkan standar minimum untuk aktivitas fisik," lanjut ahli kedokteran remaja di UCSF itu.

Baca juga: Gaya Hidup yang Sebabkan Orang Muda Sakit Hipertensi

Para peneliti juga mengamati peserta yang melakukan olahraga intensitas sedang selama lima jam dalam seminggu.

Durasi olahraga ini dua kali lipat dari jumlah minimum yang direkomendasikan untuk orang dewasa.

Peneliti menemukan, tingkat aktivitas ini mampu menurunkan risiko hipertensi secara signifikan, terlebih lagi jika individu mampu memertahankan kebiasaan mereka berolahraga hingga usia 60 tahun.

"Mendapatkan tingkat aktivitas fisik dua kali dari rekomendasi yang dianjurkan bagi orang dewasa mungkin lebih bermanfaat untuk mencegah hipertensi ketimbang sekadar memenuhi rekomendasi minimum."

Demikian bunyi tulisan para peneliti dalam studi mereka.

Namun, tidak mudah untuk meningkatkan aktivitas fisik seiring perubahan dalam hidup dan tanggung jawab yang berkembang pada individu.

"Ini seringkali terjadi setelah sekolah menengah, kesempatan untuk melakukan aktivitas fisik berkurang ketika remaja beralih ke perguruan tinggi, bekerja, dan menjadi orangtua, di mana waktu luang berkurang," tutur Nagata.

Baca juga: 5 Asupan Harian Sederhana untuk Atasi Hipertensi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com