KOMPAS.com - Liburan Natal dan Tahun Baru kerap diwarnai makan besar bersama keluarga.
Tradisi ini jadi kesempatan untuk menikmati berbagai menu khas liburan, lengkap dengan makanan manis dan berlemak.
Banyak yang sulit menolak godaan menyenangkan ini dan kemudian menyisihkan dietnya untuk sementara.
Sayangnya, perasan bersalah seringkali timbul ketika mendengar kalimat toxic seperti "Saatnya membakar lemak dari makanan Natal kemarin" atau "Kita besok pasti akan menyesal menikmati makanan enak ini".
Bentuknya bisa bervariasi namun intinya menjadikan makanan sebagai musuh atau perilaku makan kita sebagai hal yang salah.
Kalimat tersebut biasanya disampaikan sebagai lelucon atau penyemangat untuk kembali berolahraga.
Namun pernyataan tersebut rupanya buruk bagi mentalitas dan mendiskreditkan manfaat olahraga yang lebih penting.
Baca juga: 6 Hidangan yang Wajib Disajikan Ketika Natal, Apa Saja?
Emmie Keefe, ahli gizi yang berbasis di Boston, AS, mengatakan kalimat yang fokus pada motivasi berbasis kalori ini dapat menjadi bumerang.
“Kita tidak boleh berolahraga demi membakar kalori. Kita harus berolahraga untuk kesehatan jantung, untuk kesehatan mental, untuk kesehatan emosional," jelasnya, dikutip dari Huffpost.
Menurutnya, ada banyak alasan positif untuk berolaharaga namun membakar kalori bukan salah satunya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.