Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Olahraga Setiap Hari Bisa Tak Baik untuk Tubuh, Benarkah?

Kompas.com - 30/12/2021, 14:00 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Menurut Wickham, kedua hal tersebut bergantung pada tingkat kebugaran, latar belakang latihan atau olahraga, usia, dan kondisi kesehatan individu secara keseluruhan.

Contohnya, sebagian orang akan menganggap jalan cepat sebagai suatu gerakan.

Namun pada orang lain yang memiliki tingkat kebugaran lebih rendah, berjalan cepat dapat dipandang sebagai olahraga.

Secara garis besar, bergerak atau melakukan aktivitas fisik adalah segala sesuatu yang melibatkan tubuh untuk mengeluarkan energi, seperti membersihkan rumah atau bermain dengan hewan peliharaan.

Sementara itu, olahraga tergolong sebagai tindakan yang terstruktur dan dilakukan secara berulang dengan tujuan meningkatkan kebugaran fisik, menurut American Council on Exercise.

Berolahraga setiap hari bisa berdampak negatif

Menggerakkan tubuh setiap hari bermanfaat bagi kesehatan, namun tidak halnya dengan berolahraga keras setiap saat.

"Mengangkat beban berat dengan intensitas maksimal tujuh hari seminggu tidak akan menyehatkan," ujar Wickham.

Berolahraga terlalu keras dalam waktu lama justru bisa mengganggu kemampuan kita untuk mendapatkan hasil dari olahraga itu, catat pria tersebut.

Di dunia olahraga, berolahraga terlalu keras disebut sebagai overtraining atau overreaching syndrome.

Overtraining syndrome adalah titik di mana tubuh berhenti pulih dari latihan, dan memasuki kondisi stres kronis, jelas Wickham.

Kondisi ini terjadi ketika kita melakukan olahraga terlalu banyak tanpa pemulihan yang memadai.

"Kualitas dan kuantitas tidur yang tidak memadai, buruknya asupan nutrisi dan asupan kalori tidak memadai, serta tingkat stres yang tinggi dapat berkontribusi pada pemulihan yang tidak memadai," kata dia.

Di sisi lain, overreaching syndrome adalah istilah yang digunakan ketika seseorang berada di ambang overtraining syndrome.

Apabila overreaching syndrome dibiarkan, maka hal itu bisa berubah menjadi overtraining syndrome.

Hanya saja, Wickham menuturkan overtraining syndrome atau overreaching syndrome cenderung lebih banyak dialami oleh olahragawan atau atlet.

"Ini adalah persentase kecil dari olahragawan yang pergi ke gym atau berlari setiap hari, yang merupakan risiko besar," imbuh dia.

Bagi seorang atlet yang berolahraga keras, ia mengingatkan untuk memerhatikan kualitas dan kuantitas tidur.

"Biasanya, tanda pertama dari overtraining syndrome adalah kualitas tidur yang buruk," papar Wickham.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com