KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 membuat banyak orang frustasi dan stres karena beban pekerjaan yang berlebihan.
Alih-alih bisa lebih rileks ketika di rumah, mereka justru merasa beban pekerjaan selama WFH menjadi lebih berat daripada di kantor.
Pasalnya, tugas yang dikirimkan melalui email sangatlah banyak dan harus diselesaikan dalam waktu yang mepet.
Karena hal ini, tak mengherankan jika ritme kerja selama pandemi membuat fisik lelah, otak terus bekerja, dan orang-orang tidak memiliki waktu untuk beristirahat.
Beberapa orang yang menyadari risiko kesehatan dari beban pekerjaan yang berlebihan lantas menggaungkan pentingnya work life balance.
Prinsip hidup ini mengajak orang-orang untuk menyeimbangkan dan membatasi waktu pekerjaan dengan kehidupan pribadi.
Namun, work life balance nampaknya tidak efektif bagi mereka yang pekerjaannya dituntut melahirkan gagasan dan kreativitas setiap waktu.
Pasalnya, setiap kali memeriksa email atau menanggapi tugas kerja setelah jam kantor, beberapa orang bisa mengalami stres yang tidak seharusya terjadi.
Baca juga: 5 Tips Tingkatkan Work-Life Balance
Sebuah studi pada tahun 2016 yang dilakukan oleh peneliti dari Universitas Lehigh, Virginia Tech, dan Universitas Negeri Colorado pernah meneliti dampak tertentu dari email sebagai pemicu stres kerja.
Para peneliti mendapati temuan bahwa email pekerjaan menghambat kemampuan karyawan untuk memulihkan diri di luar pekerjaan.
"Email dikenal sebagai penghambat proses pemulihan," tulis para peneliti dalam studi tersebut.
"Aksesibilitasnya berkontribusi pada beban kerja yang berlebihan karena membuat karyawan selalu terlibat dalam pekerjaan seolah-olah mereka tidak pernah meninggalkan ruang kerja."
Ini disebabkan oleh batas antara waktu kerja dan libur sering kabur. Jika dibiarkan, suasana hati dan kesehatan pekerja bisa terpengaruh secara menyeluruh.
Walau otak memiliki sekitar 100 milyar sel saraf, faktanya otak akan overdrive jika kamu terus bekerja, apalagi di luar jam kantor.
Dr. Daryl Appleton, seorang psikoterapis dan pelatih eksekutif yang bekerja dengan klien Fortune 500 di puncak karier mereka, sering mengamati fenomena ini.