"Email dikenal sebagai penghambat proses pemulihan," tulis para peneliti dalam studi tersebut.
"Aksesibilitasnya berkontribusi pada beban kerja yang berlebihan karena membuat karyawan selalu terlibat dalam pekerjaan seolah-olah mereka tidak pernah meninggalkan ruang kerja."
Ini disebabkan oleh batas antara waktu kerja dan libur sering kabur. Jika dibiarkan, suasana hati dan kesehatan pekerja bisa terpengaruh secara menyeluruh.
Walau otak memiliki sekitar 100 milyar sel saraf, faktanya otak akan overdrive jika kamu terus bekerja, apalagi di luar jam kantor.
Dr. Daryl Appleton, seorang psikoterapis dan pelatih eksekutif yang bekerja dengan klien Fortune 500 di puncak karier mereka, sering mengamati fenomena ini.
Kelelahan yang dialami para pekerja sangatlah nyata dan ketika otak mereka tidak bisa berhenti memikirkan urusan pekerjaan, tubuh akan memproduksi kortisol atau hormon stres.
"Tiga hal terjadi di otak ketika kita memiliki stres yang terus menerus. Pertama, amigdala mulai bereaksi berlebihan dan melihat segala sesuatu sebagai ancaman," ujar Dr. Appleton.
Ada pun, amigdala adalah bagian otak yang terkait dengan proses emosional.
"Kedua, korteks prefrontal mulai sedikit panik, berarti pengambilan keputusan kita menjadi lebih emosional daripada rasional," jelasnya.
Dan yang ketiga menurut Dr. Appleton adalah hippocampus sebagai pusat memori manusia berisiko menyusut.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.