Demikian kata Marni Feuerman, Psy.D, seorang psikoterapis asal Boca Raton, Florida, Amerika Serikat.
Popular psychology yang dimaksudnya sering ditandai dengan penekanan pada perasaan pribadi, tren terbaru dalam budaya populer, dan teknik self-help.
Pendekatan ini mungkin tidak didukung atau diteliti secara ilmiah tetapi populer bagi orang-orang yang ingin meningkatkan kesejahteraan mental.
Senada dengan Feuerman, Joel Block, Ph.D, asisten profesor klinis psikologi dan psikiatri di Hofstra Northwell School of Medicine, juga mengatakan hal yang sama.
Block mengatakan, ia belum melihat pendekatan apa pun yang mendukung love language cocok untuk seseorang dan orang lain bisa mengenalinya sebagai isyarat cinta.
Baca juga: Tips Menjaga Hubungan Tetap Langgeng di Tengah Pandemi, Coba Yuk...
Meski begitu, Block menilai tidak ada salahnya melakukan hal-hal baik untuk pasangan dan mengenali perilaku baik dari pasangan kepada kita.
“Saya tidak peduli apa love language-mu, jika aku menghabiskan lebih banyak waktu denganmu, itu biasanya akan lebih baik daripada tidak menghabiskan waktu bersamamu. Ini hampir masuk akal,” ujar Block.
Feuerman menyampaikan, ada nilai ketika seseorang memiliki cara khusus untuk menunjukkan dan mengekspresikan cintanya kepada pasangan.
“Salah satu pesan utama buku ini, yang menurut saya berharga, adalah bahwa kita ingin memikirkan gaya pasangan kita apa yang membuat mereka merasa dicintai,” kata dia.
"Tentu saja bukan ide yang buruk untuk bertanya, "Apa yang saya lakukan yang membuat Anda merasa dicintai dalam hubungan ini?"
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.