"Dalam uji coba terkontrol dengan individu yang mengalami obesitas dan gagal jantung, jika mereka mengurangi berat badan atau menjalani program olahraga atau kombinasi, ada bukti penurunan berat badan merupakan hal yang baik dilakukan," tutur Kass.
Sebuah studi besar yang dimuat dalam JAMA Surgery menunjukkan, penurunan berat badan yang substansial membuat perbedaan besar.
Studi yang didanai oleh Medtronic --penyedia perangkat untuk operasi penurunan berat badan-- meninjau catatan dari 20.212 orang selama lebih dari enam tahun.
Hasil dari tes Covid-19 menunjukkan angka yang saling mendekati antara kelompok yang menjalani operasi penurunan berat badan dengan kelompok kontrol, yakni 9,1 persen dan 8,7 persen.
Pasien dalam kelompok yang menjalani operasi penurunan berat badan dikaitkan dengan risiko lebih rendah untuk rawat inap, kebutuhan oksigen tambahan, dan gejala parah dari Covid-19.
Kelompok pasien ini juga memiliki insiden kumulatif 10 tahun lebih rendah (53 persen) dari semua penyebab kematian yang tidak terkait Covid-19 dibandingkan kelompok kontrol.
"Temuan ini menunjukkan obesitas dapat menjadi faktor risiko yang dapat diubah untuk tingkat keparahan infeksi Covid-19," demikian bunyi keterangan studi tersebut.
Dr Steven Nissen, ahli jantung di Cleveland Clinic yang ikut menulis studi ini menggarisbawahi bahwa penurunan berat badan adalah faktor utama untuk mengurangi risiko keparahan akibat Covid-19, bukan operasi.
Walau memang, operasi dinilai sebagai cara yang efektif untuk menurunkan berat badan.
"Sejauh yang kami tahu, jika kita menurunkan berat badan, maka risiko Covid-19 yang serius serta morbiditas dan mortalitas Covid-19 menurun jauh," kata Nissen.
Baca juga: Masalah yang Timbul akibat Obesitas
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.