KOMPAS.com - Belakangan ini semakin banyak orang yang sadar akan pentingnya menerapkan work life balance.
Terutama saat beban pekerjaan meningkat akibat work from home (WFH) atau work from office (WFO) selama pandemi Covid-19.
Work life balance semakin dilirik banyak orang sebab prinsip ini mempunyai segudang manfaat bagi kesehatan psikis dan mental.
Di antaranya adalah membantu mengurangi stres, insomnia, dan mencegah kelelahan di tempat kerja.
Tapi, mempraktikan prinsip keseimbangan kehidupan pribadi dan pekerjaan ini tidak semudah yang kita kira.
Sebabnya, kita sulit memprediksi kapan pekerjaan akan datang secara bertubi-tubi dan kapan harus diselesaikan dengan lembur atau dikerjakan di rumah.
Jika beberapa hari terakhir kamu merasa work life balance-mu tidak berjalan, sebaiknya kamu melakukan evaluasi.
Baca juga: Catat, Inilah Cara Menemukan Pekerjaan yang Work Life Balance
Berikut ini adalah tanda-tanda yang perlu kamu ketahui.
Perawatan tubuh adalah "investasi jangka panjang" bagi seseorang. Tapi, tidak semua orang punya cukup waktu untuk merawat diri di sela-sela rutinitas pekerjaan.
Alih-alih bisa menjaga penampilan dan kesehatan tetap baik, beberapa orang justru terpaksa begadang dan mengalami kesulitan tidur.
Ini disebabkan oleh kebiasaan duduk selama bekerja sepanjang hari dan tidak membiasakan tubuh untuk berolahraga.
Belum lagi jika tubuh tidak mendapat asupan nutrisi dan vitamin yang cukup.
Beberapa orang yang terbelenggu dalam sibuknya pekerjaan justru terlalu sering membeli makanan cepat saji atau tidak makan sama sekali.
Rutinitas pekerjaan yang padat seringkali juga membuat orang memiliki rasa sakit atau masalah kesehatan lain tidak memiliki waktu pergi ke dokter.
Kesehatan mental perlu dijaga agar kita selalu positif, tidak tempramen, dan stres selama bekerja.
Namun, banyak orang tanpa disadari mengorbankan kesehatan mental mereka agar pekerjaan cepat selesai.
Baca juga: 5 Tips Tingkatkan Work-Life Balance
Tanda-tanda kesehatan mentalmu menurun adalah kamu mudah marah, tersinggung, takut, gelisah, putus asa, panik, perubahan suasana hati, hingga berpikir untuk bunuh diri.
Fase ini bisa disebut sebagai titik mengkhawatirkan jika seseorang tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri karena pekerjaan.
Orang-orang yang mengalaminya akan merasa pekerjaan tidak terasa berarti dan tidak mau terhubung dengan teman atau klien.
Selama bekerja kamu mungkin sudah melakukan cara apa pun tapi rasanya tidak pernah cukup.
Ini bisa membuatmu merasa selalu tertinggal dan kualitas pekerjaan mungkin menurun.
Jika tidak, kamu akan terus-menerus cemas tentang kinerja pekerjaan hingga khawatir dipecat dari kantor.
Work life balance memang memberi batas yang jelas antara ranah pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Tapi faktanya, pekerjaan seringkali menyita waktu kehidupan pribadi dan keluarga di rumah.
Alhasil, kamu bekerja lebih lama dari jam kerjamu dan tidak dapat mengambil cuti tanpa menerima telepon, SMS, dan email dari kantor.
Jika tidak kamu dituntut oleh kantor untuk selalu siap sepanjang waktu.
Tanda lain dari work life balance-mu tidak bekerja adalah kamu merasa kesepian.
Hal ini dapat terjadi walau kamu memiliki teman yang bisa dihubungi sepanjang waktu tapi kamu tidak memiliki energi untuk interaksi yang bermakna dengan keluarga atau teman.
Baca juga: Waktu Habis Cuma untuk Kerja? Ini 7 Tips Ciptakan Work-Life Balance
Setidaknya, ada empat solusi yang bisa dilakukan agar work life balance berjalan sebagaimana mestinya.
Solusi ini merupakan masukan dari psikolog Amy Sullivan, PsyD.
"Letakkan teleponnya. Kami tidak perlu tersedia 24/7," kata Dr. Sullivan.
Terus-menerus memeriksa dan menanggapi teks dan email bisa meningkatkan stres, sulit terhubung dengan anggota keluarga, dan mengganggu kualitas tidur.
Dr. Sullivan meminta orang-orang untuk fokus pada satu tugas di satu waktu dan terus kerjakan sampai selesai.
Baca juga: LinkedIn: Work Life Balance Kunci Kepuasan Bekerja
Ia menyarankan agar jangan melakukan banyak tugas. Sebaiknya, tutup email dan matikan ponsel untuk meminimalkan gangguan.
“Jika efisien, kami menyelesaikan pekerjaan dan kemudian dapat pulang dan menghabiskan waktu bersama keluarga kami,” ujar Dr. Sullivan.
Buatlah keputusan untuk menyisihkan waktu demi berolahraga. Pilih dan rencanakan makanan bergizi dan waktu berkualitas bersama teman dan keluarga.
Jadikan hal-hal itu tidak dapat dinegosiasikan dalam rutinitas sehari-hari.
Dr. Sullivan menyampaikan bahwa stres yang benar-benar menyerang dan memengaruhi kesehatan mental harus dikonsultasikan dengan terapis.
Banyak pemberi kerja menawarkan program bantuan karyawan yang dapat menghubungkan dengan ahli kesehatan mental yang berpengalaman membantu karyawan mengelola stres.
Meskipun kerja keras dihargai dalam budaya kita, kamu tidak harus membiarkan pekerjaan mengambil alih hidupmu.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.