Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/01/2022, 09:15 WIB
Anya Dellanita,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Perut kucing sendiri merupakan area yang sangat rentan karena menampung banyak organ vital. Jadi, jangan tersinggung jika kucing mencakar atau menggigit saat kita mengelus atau menggosok perutnya.

Kendati demikian, seekor kucing yang berbaring telentang dan memperlihatkan perutnya di tempat yang akrab dengannya (seperti rumah kita), dapat berarti bahwa kucing merasa nyaman dan aman, sampai-sampai berbaring telentang dan mengekspos organ vitalnya tanpa takut.

Selain itu, kucing akan berbaring telentang saat ingin bermain. Nah, inilah saatnya untuk mengeluarkan mainan bulu atau catnip kicker favoritnya.

Namun, hindari menggunakan tangan dan kaki kita sendiri untuk bermain dengan kucing. Sebab, kita perlu mengajari kucing permainan yang “tepat,” dan tangan serta kaki kita bukanlah mainan untuk diserang.

Nah, pendekatan terbaik saat kita melihat kucing menunjukkan perutnya adalah dengan menjaga tangan tetap kosong.

Lalu,hindari mengelus perut dan belailah bahu, kepala, atau dagunya, serta hanya mengelusnya beberapa kali saja.

Jangan lupa untuk memantau bahasa tubuh kucing. Jadi, ketika ada tanda agitasi, berhenti mengelusnya. Biasanya, agitasi ditandai dengan ekor berkedut dan mencambuk, telinga dan kumis ke arah belakang, kulit berkedut, rambut berdiri di tubuh atau ekor, dan pandangan terpaku.

Baca juga: Kenapa Kucing Tidak Suka Dipegang Perutnya?

Mitos: Anak kucing tak perlu bersosialisasi

Kontras dengan anggapan yang ada, sebenarnya penting bagi anak kucing untuk bersosialisasi dan dilatih, sama seperti anak anjing.

Kucing memiliki periode sosialisasi selama minggu-minggu pertama kehidupannya, antara usia 2 dan 7 minggu. Nah selama periode ini, kucing perlu belajar apa yang aman dan tidak aman di lingkungannya.

Biasanya, beberapa konsultan perilaku kucing bersertifikat, rumah sakit hewan, dan tempat penampungan hewan akan menawarkan kelas sosialisasi kucing, yang sering disebut taman kanak-kanak kucing.

Sosialisasi yang buruk pada kucing dapat mengakibatkan kucing menjadi pemalu, takut pada hewan peliharaan lain, lambat beradaptasi dengan lingkungan baru, dan merasa takut dan agresif saat kunjungan dokter hewan rutin.

Selain itu, kucing-kucing ini lebih cenderung menjadi stres dan/atau ketakutan serta mulai buang air kecil tidak pada tempatnya. Jika tidak buru-buru diperbaiki, hal ini bisa membuat pemilik malah melepaskan kucing mereka.

Nah sebaliknya, anak kucing yang bersosialisasi dengan baik dan mengalami berbagai pengalaman positif di sekitar orang yang berbeda, akan memiliki keterampilan mengatasi masalah yang lebih baik.

Hal ini akan menghasilkan ikatan yang lebih kuat antara kita dan kucing. Selain itu, masalah soal perilakunya mungkin akan lebih rendah.

Baca juga: Kunci Mengajari Kucing agar Nurut

Mitos: Kucing bertindak karena dendam

Tidak seperti manusia, kucing tidak akan bertindak karena dendam.

Antropomorfisme didefinisikan sebagai atribusi karakteristik manusia pada hewan atau objek. Nah, biasanya perasaan hewan ditafsirkan berdasarkan bahasa tubuh manusia dan bukan bahasa tubuh kucing.

Misalnya, jika pemilik kucing mengira bahwa kucing buang air di luar kotak pasirnya karena dendam, pikiran negatif pun akan timbul dan meningkatkan masalah.

Kita seringkali menyamakan alasan kucing dengan alasan manusia. Padahal kucing melakukan itu karena sebab lain.

Jika dapat mengatasi penyebab sebenarnya (misalnya stres, ketakutan, kecemasan, atau masalah medis), pemilik kucing akan melakukan pendekatan dengan cara empati dan akan mendapatkan bantuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah kucing.

Baca juga: Sering Dikira Malas, Ini Alasan Kucing Doyan Tidur

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com