Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Varian Omicron Diduga Bisa Jadi Vaksin Alami Covid-19

Kompas.com - 07/01/2022, 18:33 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

"Kita perlu melihat data selama beberapa minggu lagi untuk mengetahui apakah varian ini juga memiliki perilaku serupa di semua negara atau tidak."

Baca juga: Masker Apa yang Cocok untuk Mencegah Omicron?

Namun demikian, dia tetap menyarankan untuk tidak mengendurkan langkah-langkah pencegahan Covid-19.

"Jika jumlah kasus sangat tinggi, maka orang akan bergegas menuju rumah sakit bukan karena keparahan penyakit tetapi karena panik, dan infrastruktur kesehatan akan kewalahan," imbuh Mehra.

Dr Sandeep Budhiraja, direktur medis grup Max Healthcare dan direktur senior di Institute of Internal Medicine sependapat dengan Das dan Mehra dengan melihat data saat ini.

"Data yang tersedia sejauh ini dan apa yang kami lihat dari pengalaman kami dengan omicron adalah bahwa varian ini akan berfungsi sebagai vaksin yang dilemahkan," ujar pria itu.

"Mudah-mudahan varian ini akan menjadi dosis booster bagi mereka yang divaksin dan dosis vaksin bagi mereka yang belum divaksin."

Varian omicron, sambung Budhiraja, bisa berfungsi sebagai vaksin alami dan memberikan perlindungan tambahan kepada masyarakat.

"Varian ini adalah salah satu cara agar pandemi ini benar-benar dapat berakhir, meskipun menurut saya masih terlalu dini menyimpulkan, dan kita harus menunggu beberapa minggu lagi," tegas dia.

"Saat ini data yang kami miliki sebagian besar berasal dari Afrika Selatan."

"Data itu mungkin tidak berlaku atau dapat diterapkan untuk negara lain karena faktor populasi, seroprevalensi (jumlah individu dalam populasi yang menunjukkan hasil positif untuk penyakit tertentu), dan lain-lain," kata Budhiraja.

"Jika ternyata varian omicron ringan, saya setuju ini akan lebih baik dan dapat membantu mengatasi pandemi."

Baca juga: Dosis 3 Vaksin Covid-19 Tak Mampu Cegah Penularan Omicron, Benarkah?

Dr Amitav Banerjee, head department of community medicine di Dr DY Patil Medical College Pune mengatakan, virus bermutasi untuk menyesuaikan diri agar dapat bertahan hidup.

Proses virus bermutasi ini disebut Banerjee sebagai hukum Darwin.

"Kami juga menyebut ini hukum adaptasi alam. Mutan baru, menurut data dan laporan yang tersedia, menyebabkan gejala yang sangat ringan dan sembuh sendiri," tambah dia.

Banerjee berpandangan, virus yang mematikan akan mati bersama orang yang terinfeksi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com