Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Artis Adopsi Spirit Doll, Pakar: Awas Realitas Semu!

Kompas.com - 10/01/2022, 08:08 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Media sosial belakangan ini dihebohkan dengan keputusan beberapa artis yang mengadopsi spirit doll atau boneka arwah sebagai 'anak' mereka.

Spirit doll mulai ramai diperbincangkan ketika Ivan Gunawan, seorang desainer yang juga pembawa acara, mulai aktif membagikan foto kebersamaan dengan dua spirit doll-nya ke Instagram sejak bulan Desember lalu.

Layaknya seorang anak sungguhan, dua spirit doll yang diasuhnya rutin dipakaikan baju, dibuatkan foto ala-ala newborn photoshoot, hingga dirawat oleh dua babysitter.

Karena perilaku artis tersebut dinilai banyak warganet berlebihan dan tidak biasa, sejumlah pakar dan psikolog sampai ikut berkomentar menanggapi fenomena ini.

Salah satunya datang dari dosen psikolog Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Dr. Tri Rejeki Andayani.

Saat dibubungi Kompas.com pada Sabtu (8/1/2022), ia mengatakan bahwa memiliki spirit doll -khususnya dalam bentuk bayi- sebenarnya adalah hal yang wajar.

Namun, batasan wajar yang dimaksud Tri adalah spirit doll digunakan sebagai media latihan untuk mengasuh sebelum seseorang memiliki anak.

"Bagi orang dewasa, memelihara boneka dan merawatnya selayaknya 'bayi' masih wajar. Bahkan hal itu bisa dimanfaatkan untuk media praktik bagi mahasiswa kebidanan atau keperawatan misalnya," ujar Tri.

Ia menambahkan, pengggunaan spirit doll yang demikian juga sesuai dengan prinsip bermain pura-pura atau pretend play layaknya ibu atau kakak yang sedang mengasuh adiknya.

Pretend play ini disebut Tri mirip dengan permainan Tamagotchi asal Jepang yang sangat populer di Indonesia ketika era 90-an.

Bagi kamu yang belum tahu, Tamagotchi adalah permainan memelihara binatang virtual dalam sebuah konsol kecil dan harus dipelihara dari wujud telur hingga dewasa.

Tamagotchi harus rutin diberi makan, dimandikan, dan diajak bermain, hingga dirawat apabila sakit.

Jika terlantar, binatang virtual tersebut bisa mati dan dapat hidup lagi dengan cara mengulang permainan dari awal.

"Mainan ini bisa digunakan untuk melatih tanggung jawab anak sebelum mereka diizinkan memelihara binatang piliharaan yang sungguh-sungguh hidup," imbuh Tri.

Kebutuhan rasa kasih sayang

Selain dimanfaatkan sebagai pretend play, Tri menuturkan bahwa keputusan seseorang memiliki spirit doll bisa dikaitkan dengan "need for love and belongingness".

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com