Selama mempersiapkan diri sebagai orangtua, Tri mengatakan bahwa spirit doll bisa menyalurkan naluri mengasuh karena risikonya lebih kecil dan relatif lebih mudah dipelihara.
Tri mengatakan bahwa ada 'bahaya' secara psikologis ketika seseorang memperlakukam spirit doll-nya secara berlebihan.
Ia menyebut, seseorang bisa kehilangan realitasnya jika terikat emosi yang kemudian membangun realitas sendiri yang sifatnya semu.
"Mengganggap boneka tersebut bernyawa atau ada arwahnya dan memberikan fasilitas yang berlebihan, cenderung mengarah pada hal-hal yang sifatnya mubazir," ungkap Tri.
"Jika sudah demikian, ada baiknya lingkungan sosial segera membantu yang bersangkutan untuk kembali pada realitas yang sesungguhnya. Bila perlu melibatkan bantuan profesional bila mulai menampakkan gejala yang semakin menyimpang," ujarnya.
Saran yang dikemukakan Tri juga senada dengan yang disampaikan dokter spesialis kedokteran jiwa RS Omni Alam Sutera, dr. Andri, Sp.Kj., FAPKM.
Ia menjelaskan bahwa ketika seseorang menganggap spirit doll-nya bisa memberi tanggapan, berbicara, atau mendengar maka memeriksakan diri ke psikolog atau psikiater adalah solusinya.
Apalagi jika orang yang bersangkutan tidak bisa membedakan bahwa kehidupan yang dijalani dengan spirit doll bukanlah hal yang nyata, melainkan hanya permainan belaka.
"Karena tentunya keadaan seperti itu di luar daripada kejiwaan atau kenormalan," imbuhnya.
Baca juga: Latih Keterampilan Empati Anak dengan Bermain Boneka
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.