Jebolan Universitas Airlangga ini membagikan rekomendasi vaksin booster sesuai dengan dosis sebelumnya yang diterima, yakni:
Kita yang mendapatkan vaksinasi primer berupa dua dosis Sinovac bisa mendapatkan booster dari merek yang sama.
Efek samping yang paling banyak dirasakan dari kombinasi ini adalah reaksi lokal berupa nyeri dan kemerahan di tempat suntikan.
Baca juga: Memahami soal Vaksin Booster dan Efek Sampingnya
Titer antibodi netralisasi booster Sinovac disebut dapat meningkat 25-35 kali dalam delapan hari setelah vaksinasi.
Jika kita sebelumnya mendapatkan vaksinasi primer dengan merek Pfizer maka bisa menggunakan jenis yang sama sebagai booster.
Kombinasi ini disebut memicu efek samping nyeri, kemerahan di tempat suntikan, demam, pusing dan nyeri otot.
Titer antibodi netralisasi booster Pfizer akan meningkat 3,3 kali dalam sebulan setelah vaksinasi ketiga.
Pengguna vaksin AstraZeneca sebelumnya bisa kembali menggunakan buatan ilmuwan Inggris ini sebagai booster.
Efek sampingnya tergolong ringan 55 persen dan sedang 37 persen.
Sedangkan titer antibodinya dilaporkan meningkat 3,5 kali setelah vaksinasi booster.
Kita yang mendapatkan vaksinasi primer Moderna hanya dianjurkan mendapatkan setengah dosis merek ini sebagai booster.
Namun, titer antibodi netralisasi kombinasi vaksin ini akan meningkat 13 kali setelah vaksin booster.
Kombinasi vaksin booster dari merek yang berbeda dari jenis vaksinasi sebelumnya juga dimungkinkan.
Dokter Ning membagikan sejumlah rekomendasi yang sudah dibuktikan keamanan dan efektivitasnya.
Misalnya dua dosis AstraZeneca atau Pfizer dengan booster berupa Moderna setengah dosis.
Baca juga: Dosis 3 Vaksin Covid-19 Tak Mampu Cegah Penularan Omicron, Benarkah?