Anak: "Kalkun, tolong."
Orangtua: "Apa yang harus saya buat untuk saudaramu?"
Anak: "Kalkun!"
Orangtua: "Itu pasti sandwich yang kamu inginkan karena itu favoritmu. Tapi pikirkan tentang saudaramu."
"Menurutmu bagaimana perasaannya jika dia pulang dan melihat sandwich favoritmu dibuat untuknya?"
Apa yang akan dia katakan tentang sandwich yang dia inginkan?"
Anak: "Dia ingin selai kacang dan jeli?"
Orangtua: "Ya, saya suka bagaimana kamu memikirkan perasaan saudaramu dan apa yang akan membuatnya merasa bahagia."
Saat anak berusia delapan tahun, mereka dapat memahami bahwa perasaan seseorang mungkin tidak disebabkan oleh apa yang terjadi pada mereka saat ini.
Perasaaan seseorang mungkin muncul sebagai hasil dari keadaan kehidupan mereka secara umum.
Anak juga menumbuhkan pemahaman dan empati yang lebih konkret terhadap individu yang tertindas.
Itu sebabnya, orangtua perlu berbicara lebih terbuka dengan anak mengenai apa yang mereka saksikan di televisi atau medsos.
Baca juga: Tips Pola Asuh agar Anak Lebih Cerdas
Ajarkan anak untuk menunjukkan perhatian yang tulus, dukungan, atau berbicara kepada orang lain.
Ketika kita meminta anak untuk berusaha dalam mendapatkan sesuatu, maka kita mengajarkan anak agar mau mendukung orang lain.
Hal ini membantu anak memahami pentingnya komunitas dan kerja sama tim.