Jangan berakting layaknya kita paham segalanya. Lebih baik, jelaskan fakta tentang perkembangan varian Omicron sambil terus mempelajarinya perlahan.
“Orangtua harus menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan selalu berubah,” kata Meyers.
“Jadi, semakin kita belajar, rekomendasi dan keputusan pun akan berubah,” tambahnya.
Saat stres, kemungkinan kita akan menjelaskan tentang mana yang baik dan mana yang buruk. Itu sangat wajar.
Namun, ingatlah bahwa panduan baik-buruk itu akan terus berubah seiring dengan berkembangnya pandemi.
Diskusikan apa arti keamanan bagi semua orang
Jika anak mengatakan bahwa dia tidak ingin ke sekolah karena takut tertular Covid, dengarkan kekhawatirannya.
Setelah itu, coba jelaskan dengan tenang bahwa kita dan anak telah mengikuti aturan keamanan dengan baik, termasuk mendapatkan vaksinasi.
“Ingatlah bahwa setiap orang di keluarga kita akan memiliki reaksi dan kekhawatiran berbeda dalam menanggapi hal ini,” kata Meyers.
Waspadalah terhadap tanda-tanda gangguan kecemasan
\
Semua orangtua mungkin menyadari bahwa anak-anak mengalami stres, gangguan kecemasan, dan lelah akibat pandemi.
Menurut Meyers, biasanya anak, terutama remaja, akan menyimpan ketakutannya pada diri sendiri. Ada pula yang mencurahkan ketakutannya melalui unggahan media sosial yang salah.
Selain itu terkadang ada anak remaja yang mengeluh sakit kepala, sakit perut, atau sulit tidur saat sedang stres.
Jadi, orangtua harus waspada terhadap tanda-tanda kecemasan itu dan selalu menjaga agar komunikasi tetap terbuka.
Bantu remaja menghadapi FOMO
Tak jarang seorang remaja akan mengalami FOMO (fear of missing out/takut tertinggal) saat melihat teman seusianya berpesta dan berkumpul bersama.