Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/01/2022, 14:35 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

KOMPAS.com - Isu kekerasan seksual belakangan kian masif jadi perbincangan publik. 

Sejumlah kasusnya terungkap dan bermunculan secara masif, baik di media sosial maupun media besar.

Berbagai konten edukasi terkait kekerasan seksual juga semakin banyak dibagikan untuk meningkatkan wawasan.

Tren ini memang baik, khususnya untuk meningkatkan kepedulian publik dan melakukan pencegahan.

Di sisi lain, derasnya paparan konten intimidasi seksual, pelecehana dan isu serupa lainnya ternyata membawa risiko buruk bagi banyak perempuan.

Banyak yang mengaku ter-trigged ketika menyimak konten tersebut alias terpicu trauma masa lalunya.

Baca juga: Memahami Stealthing, Bentuk Kekerasan Seksual soal Pelepasan Kondom

Ada juga yang malah merasa ketakutan, cemas dan stres dengan fakta yang baru disadari itu.

Arindah Arimoerti Dano, salah satu psikolog klinis di Indonesia, mengatakan pemberitaan kekerasan seksual yang bertubi-tubi belakangan ini memang bisa menimbulkan rasa cemas.

"Pemberitaan yang mengancam keselamatan dan kenyamanan kita bersama, baik dengan atau tanpa pengalaman, seperti kekerasan seksual, memang bisa menimbulkan rasa tidak nyaman," jelasnya, ketika berbincang dengan Kompas.com, Senin (17/01/2021).

Khususnya jika kita memiliki sejumlah kesamaan dengan korban, seperti sesama perempuan, rentang usia atau tampilan fisik.

Reaksi cemas, tidak nyaman dan berbagai emosi negatif yang muncul, disebut Arindah, sebagai hal yang natural kita alami.

Perasaan itu muncul ketika merasa terancam karena berbagai sebab, termasuk kekerasan seksual, verbal maupun emosional.

Tetapkan batas saat menyimak konten kekerasan seksual

Arindah mengatakan, kita tetap bisa menyimak informasi maupun konten kekerasan seksual tanpa harus memicu emosi negatif.

Caranya dengan memberikan batas sesuai dengan kemampuan diri kita masing-masing.

"Baiknya, kita semua, perempuan, perlu memberikan batas, menyadari betul bahwa hal ini adalah sebuah pemberitaan," terangnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com