Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Andon Hestiantoro
Guru Besar FK UI

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Ketua Cluster Human Reproduction, Infertility and Family Planning, IMERI, UI
Manajer Kerjasama, Ventura dan Hubungan alumni, FKUI

Pengajar dan Peneliti pada Departemen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RS. Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Gangguan Haid Remaja Selama Pandemi

Kompas.com - 17/01/2022, 17:48 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kesehatan reproduksi perempuan merupakan hal utama dan sangat menentukan keberlangsungan fungsi reproduksi suatu bangsa.

Menjaga kesehatan reproduksi perempuan merupakan langkah utama yang penting dilakukan sejak usia dini.

Karena keterlambatan dalam mengenali dan mengendalikan segala faktor yang memengaruhi kesehatan reproduksi tersebut, akan berdampak terhadap kualitas kesehatan reproduksi perempuan untuk jangka panjang, sehingga terkadang sulit untuk memperbaikinya.

Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak ke masa dewasa, yang ditandai dengan adanya pertambahan tinggi dan berat badan, perubahan komposisi massa tubuh, perubahan komposisi lemak tubuh, perubahan aktivitas hormon reproduksi, perubahan perilaku kejiwaan, perubahan perilaku sosial, emosional, minat dan cara berpikir/kecerdasan (BKKBN, 2000).

Di samping faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, perubahan fungsional organ reproduksi perempuan juga dipengaruhi oleh asupan nutrisi, aktivitas fisik, pola asuh kedua orang tua/keluarga, faktor genetik dan faktor epigenetik.

Ciri khas dari proses pematangan fungsi reproduksi perempuan di awali dengan adanya pertumbuhan payudara, pertumbuhan rambut kemaluan dan diakhiri dengan terjadinya haid atau menstruasi dengan siklus yang teratur.

Proses pematangan fungsi reproduksi yang baik dan terjaga, tentu sangat diperlukan untuk menjamin agar perempuan ini tetap siap dan sehat di saat menjalankan proses kehamilan.

Pola siklus haid remaja serta permasalahannya

Sesuai yang dituliskan pada buku ilmu kebidanan Sarwono Prawirohardjo 2016 (Saifuddin AB, ed.), klasifikasi perkembangan remaja dapat dibagi menjadi Remaja awal usia 11-13 tahun, Remaja madya usia 14-16 tahun, Remaja akhir usia 17-20 tahun.

Berdasarkan kajian dari Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) 2010 yang dipublikasi pada Jurnal Kesehatan Reproduksi 2019, diamati bahwa usia pertama kali perempuan Indonesia mengalami haid (menarche) adalah semakin muda, yaitu ketika mereka mencapai usia 11 tahun.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Burhanuddin, 2007, melaporkan bahwa dari 400 pelajar putri Bugis di Sulawesi Selatan, beberapa telah mengalami menarche ketika berusia 10,62 tahun.

Dari kajian Riskesdas 2010, rentang usia menarche perempuan Indonesia berkisar antara 11-19 tahun dengan rata-rata usia menarche adalah 12,69 tahun.

Panjang siklus haid normal berkisar antara 21 sampai 35 hari dan dapat bervariasi untuk setiap perempuan.

Faktor-faktor seperti nutrisi, etnis, usia saat menarche, aktivitas fisik, indeks massa tubuh, dan kondisi hormon perempuan dianggap berkontribusi terhadap perkembangan pubertas, terjadinya haid pertama kali pada perempuan (menarche) dan pola siklus haid.

Faktor yang memengaruhi perubahan siklus haid remaja 

Ketidakteraturan siklus menstruasi, baik itu haid yang lebih daripada 35 hari sekali (oligomenore), haid kurang dari 21 hari sekali (polimenore), atau tidak haid selama lebih dari 3 bulan (amenore), dapat timbul sebagai akibat dari masa peralihan setelah menarche, adanya kehamilan.

Kemudian, adanya infeksi, keganasan, gangguan hormon, stres emosional, aktivitas fisik yang berlebihan atau sangat kurang, berat badan sangat rendah atau berlebihan atau akibat pola makan dengan kalori berlebih dan tidak sehat.

Dalam dua atau tiga tahun pertama setelah menarche, remaja putri umumnya memiliki siklus haid yang masih belum teratur.

Ketidakteraturan tersebut tergolong normal pada kebanyakan anak perempuan. Namun, perlu diwaspadai kaitannya dengan peningkatan risiko sindrom ovarium polikistik dan disfungsi ovarium pada sebagian kecil remaja putri.

Dalam beberapa kondisi, remaja, orang tua, dan dokter perlu dididik tentang siklus haid yang normal bagi remaja putri.

Gadis remaja harus mampu melakukan pencatatan siklus haid mereka sehingga jika timbul keluhan pada siklus haid mereka, maka petugas kesehatan atau dokter dapat memberikan terapi yang tepat.

Indeks massa tubuh (IMT) adalah indeks sederhana dari perbandingan antara berat badan terhadap tinggi badan, yang dapat digunakan untuk membuat klasifikasi kategori tubuh seseorang.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dalam bentuk klasifikasi nasional, telah menetapkan kategori tubuh kurus jika perempuan memiliki IMT 17 – 18,4 atau kurang, kategori normal jika IMT pada 18 – 25, kategori kegemukan jika IMT 25,1 – 27 atau lebih.

IMT memiliki korelasi positif dengan kandungan lemak di dalam tubuh.

Selain itu terdapat pula indikator lain yang dapat dimanfaatkan untuk mengukur timbunan lemak pada daerah organ visceral, adalah dengan cara mengukur lingkar pinggang.

Timbunan lemak pada organ visceral berkorelasi positif dengan kejadian sindrom metabolik, seperti resistensi insulin, diabetes melitus, dislipidemia, penyakit jantung koroner, hipertensi dan stroke.

Menurut International Diabetes Federation (IDF), seorang perempuan etnis Asia akan dinyatakan menderita obesitas sentral jika memiliki lingkar pinggang lebih lebar dari 80 cm.

Riskesdas 2007 melaporkan prevalensi berat badan lebih pada anak usia 6-14 tahun anak laki–laki 9,5 persen dan anak perempuan 6,4 persen.

Riskesdas 2010 melaporkan prevalensi anak gemuk usia 6 – 12 tahun anak laki-laki 10,7 persen dan anak perempuan 7,7 persen.

Kegemukan pada perempuan, di samping disebabkan oleh faktor genetik dan epigenetik, faktor lain yang turut memengaruhi adalah adanya asupan kalori yang berlebih.

Asupan makanan dengan kepadatan energi yang tinggi seperti makanan tinggi lemak, tinggi gula, dan kurang serat akan berakhir dengan terbentuknya timbunan lemak berlebih pada tubuh.

Faktor lainnya adalah pola aktivitas fisik yang kurang atau sangat kurang sehingga menyebabkan energi yang dikeluarkan menjadi tidak maksimal dan meningkatkan kejadian kegemukan.

Pada penelitian yang dilakukan dr. Singh di India, dijumpai bahwa remaja putri dengan IMT normal atau IMT kurang, 79,64 persen dan 65,83 persen, berturut-turut, memiliki siklus haid normal.

Sedang kelompok remaja putri dengan kegemukan hanya sekitar 33,3 persen saja yang memiliki siklus haid normal.

Perubahan pola haid pelajar SLTA masa pandemi 

Pengamatan Adipramono dan Hestiantoro tahun 2021, yang dilakukan terhadap 923 siswi SMA di Jakarta melalui kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai pola makan, pola tidur, aktivitas sehari hari, dan pola haid, ketika mereka sedang menjalani kegiatan pendidikan penuh waktu dari rumah.

Pada penelitian tersebut dilakukan pula pengukuran berat badan dan lingkar perut secara langsung terhadap para pelajar putri SLTA di Jakarta tersebut.

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa selama pandemi Covid-19, pelajar putri SLTA ini tidak banyak melakukan aktivitas fisik, lebih banyak duduk, berbaring, membaca, serta mengikuti proses belajar mengajar melalui fasilitas “daring”.

Enam puluh empat persen dari pelajar putri tersebut mengeluhkan gangguan siklus haid, berupa haid yang memanjang, siklus haid tidak teratur, dan nyeri haid.

Kelompok pelajar putri dengan gangguan haid, lebih banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak yaitu lebih dari 70 gram/hari, lebih banyak konsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula rata rata lebih dari 25 gram/hari, kemudian ditambah dengan konsumsi serat yang rendah yaitu kurang dari 29 gram/hari.

Kelompok pelajar putri dengan gangguan siklus haid memiliki lingkar pinggang lebih besar dari 80 cm, yaitu dengan rata-rata 82 cm.

Pada penelitian ini didapatkan hubungan bermakna antara gangguan haid dengan aktivitas fisik yang rendah, pola makan yang tidak baik, serta lingkar pinggang yang lebih besar dari 80 cm atau disebut juga dengan istilah obesitas sentral.

Dari penelitian kami tersebut dapat terlihat bahwa pengaturan asupan kalori serta nutrisi yang sehat dan seimbang, disertai dengan kecukupan asupan serat dan dilengkapi dengan aktivitas fisik baik merupakan hal penting agar remaja putri dapat menjaga siklus haid tetap normal.

Dengan selalu memperhatikan hal tersebut, diharapkan remaja putri akan memiliki kesehatan reproduksi yang baik serta terhindar dari kelainan sindrom metabolik seperti obesitas sentral, kegemukan, hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes melitus dan stroke, di masa mendatang.

Peran pendampingan orangtua serta guru kepada remaja putri menjadi sangat penting, dan hal ini harus dilakukan sejak masa anak, dan dilanjutkan pada masa remaja sampai masa dewasa muda.

Remaja putri perlu mendapatkan pengetahuan yang baik tentang kesehatan reproduksinya, sehingga mereka dapat memahami arti dari kesehatan reproduksi bagi perempuan, dan mampu mempraktikan gaya hidup sehat, seperti pola makan yang sehat dan seimbang, yang disertai dengan aktivitas fisik yang baik.

Pendampingan orangtua serta guru yang baik akan membuat remaja putri kita terhindar dari risiko sindrom metabolik dan sekaligus memiliki kesehatan reproduksi yang baik, terutama untuk mempersiapkan kehamilan sehat demi terciptanya generasi penerus bangsa yang berkualitas prima.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com