Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/01/2022, 17:51 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber CNN

Davidsen mencatat, kemungkinan hasil ini disebabkan oleh jumlah peserta wanita yang lebih sedikit dibandingkan pria dalam studi tersebut.

Baca juga: Cara Mengatasi Rasa Kesepian demi Hidup yang Lebih Sehat

Ia menambahkan, tingkat peradangan pada peserta kemungkinan juga berbeda jika diukur berdasarkan usia.

Usia rata-rata peserta yang diteliti adalah 54,5 tahun, dan ada potensi dampak putus cinta atau hidup sendiri dalam waktu lama akan berlanjut seiring bertambahnya usia peserta.

Memilih untuk single vs merasa kesepian

Apa tindakan yang perlu dilakukan seseorang yang hidup sendiri --entah karena pilihan atau keadaan?

"Salah satu saran mungkin agar tenaga kesehatan profesional menyadari kelompok berisiko ini yang mungkin hidup dengan faktor risiko sosial tambahan yang biasanya tidak diperhitungkan," ungkap Davidsen.

Sementara itu, Libby menyarankan individu yang hidup sendiri untuk menjalani gaya hidup sehat, mengingat risiko peradangan dapat meningkat akibat kesendirian.

"Ketika menghadapi kesulitan dalam bentuk apa pun, aktivitas fisik secara teratur dan diet sehat bisa menolong kesejahteraan, baik psikologis maupun biologis," cetus Libby.

Hidup sendirian memiliki banyak manfaat dan risiko

Kesendirian dikaitkan dengan penurunan kondisi kesehatan, kesejahteraan dan kognisi. Namun, bukan berarti orang yang hidup sendiri selalu merasa kesepian.

Dalam beberapa tahun terakhir, studi menunjukkan lebih banyak orang tidak menikah dan hidup sendiri.

Data yang ada mengungkapkan perasaan kesepian menurun di usia 50 tahun hingga pertengahan 70-an. 

Demikian dijelaskan Louise Hawkley, ilmuwan senior di organisasi penelitian nonpartisan NORC di University of Chicago.

Sama seperti Libby, Hawkley juga tidak terlibat dalam studi yang dilakukan Davidsen beserta tim di University of Copenhagen.

Baca juga: Pilihan Hidup Melajang Tak Selalu Berujung Kesepian

Melajang bisa membawa keuntungan

Elyakim Kislev, asisten profesor di The Hebrew University of Jerusalem menyatakan, menjadi lajang merupakan keuntungan bagi orang tertentu.

Kislev menganalisis database AS dan Eropa, termasuk Biro Sensus AS dan Survei Sosial Eropa.

Ia menganalisis database tersebut sebagai bagian dari studi yang meneliti tren hidup melajang dan apa yang membuat individu merasa bahagia dengan status lajang.

Halaman:
Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com