Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tertular Varian Delta dan Omicron di Saat Bersamaan, Mungkinkah?

Kompas.com - 21/01/2022, 08:19 WIB
Anya Dellanita,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com -  Varian Omicron Covid-19  pertama kali diumumkan kehadirannya pada akhir November 2021 oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Omicron dikenal dapat menyebar dengan sangat cepat. Bahkan, kini Omicron menjadi varian dominan di berbagai negara, seperti di Inggris, Australia, Mexico, dan Amerika Serikat.

Sementara itu, varian Delta masih dominan di Indonesia dengan total 7.571 kasus.

Demikian data peta sebaran sekuens Covid-19 per 16 Januari 2022 milik Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan (Balitbangkes Kemenkes).

Nah, dengan masih menyebarnya kedua varian virus, mungkin akan timbul pertanyaan: Bisakah seseorang mengalami varian Omicron and Delta di saat yang sama?

Baca juga: Hati-hati, Tak Seringan yang Dibayangkan, Omicron Tetap Mematikan

Jawabannya, mungkin saja.

Meski sangat tidak umum, hingga kini ada tiga kasus di mana seseorang menderita dua varian Covid-19 di saat yang sama.

Kasus pertama diketahui dari sebuah paper ilmiah yang dipresentasikan di European Congress of Clinical Microbiology & Infectious Diseases beberapa waktu lalu.

Seorang wanita berusia 90 tahun di Belgia dikabarkan menderita varian alpha dan beta sekaligus setelah megikuti tes Covid-19.

Setelah dirawat di rumah sakit selama lima hari, dia meninggal. Penyebab dua infeksi sekaligus itu pun tak diketahui.

Kasus kedua terjadi pada dua pasien berusia 30 tahunan di Brazil.

Keduanya sama-sama menderita varian P.2, namun pasien pertama mengalami varian Gamma, sementara pasien kedua mengalami varian B.1.91 di saat yang sama.

Kedua pasien menderita gejala ringan, seperti batuk kering, sakit kepala, dan tenggorokan sakit.

Meski belum ada kasus seseorang menderita varian Delta dan Omicron bersamaan, para dokter mengatakan bahwa itu bisa saja terjadi.

“Dari sisi molekuler, itu bisa saja terjadi,” kata Thomas Russo, professor dan kepala penyakit menular di University at Buffalo.

Ahli penyakit menular Amesh A. Adalja, juga mengatakan hal senada.

Baca juga: Peneliti Israel Menduga Vaksin Keempat Tak Efektif Hadapi Omicron

“Secara biologis, seseorang bisa terinfeksi Omicron dan Delta di saat bersamaan,” kata dia.

Mengapa bisa terjadi?

Perlu diketahui, tiga kasus di atas tak memiliki bukti terkait penyebab infeksi bersamaan itu.

Namun, Dr Russo berpendapat, cara termudah memahaminya adalah melalui contoh.

“Bayangkan datang ke sebuah bar dengan banyak orang terinfeksi,” kata dia.

“Jika seseorang memiliki Omicron dan yang lain memiliki Delta, mereka menyebarkan virus itu melalui udara, yang membuat kita terpapar keduanya."

"Jadi, bisa tertular dua virus dalam saat yang sama,” lanjut dia.

Jadi bagaimana hal ini bisa terjadi sebenarnya cukup sederhana.

Varian Omicron menginfeksi beberapa sel, dan varian Delta menginfeksi sel lainnya.

Menurut Russo, setiap kali virus memasuki tubuh, partikelnya tidak akan mengikat setiap sel.

Jadi dalam koinfeksi, jenis virus yang berbeda dapat mengikat sel yang berbeda pada waktu yang sama.

Lalu, pembagian sel yang dijangkiti pun tidak 50:50. Bisa saja seseorang memiliki lebih banyak Delta dibanding Omicron atau sebaliknya.

Sementara itu, Adalja mengatakan, seseorang juga bisa tertular kedua strain secara "berturut-turut.”

Untungnya, skenario ini mungkin lebih sulit terjadi karena kekebalan tubuh mulai berkembang setelah infeksi Covid-19.

Bagaimana mengetahui koinfeksi Omicron dan Delta?

Akan sulit mengetahui bahwa kita mengalami koinfeksi.

Baca juga: Berapa Lama Gejala Omicron Berlangsung?

Sebab, baik rapid test maupun tes PCR, tidak dilakukan pengurutan genom yang dapat mengidentifikasi varian virus yang dimiliki seseorang.

Umumnya, dokter pun tidak dapat meminta pengurutan genom untuk tes Covid-19. Pasalnya, saat ini pengurutan genom masih diawasi ketat dan diteliti.

Di AS saja, pengurutan genom hanya dilakukan dalam situasi spesifik. Misalnya, saat sekelompok besar orang terjangkit Covid-19 pada saat yang bersamaan.

Jika kasus di atas terjadi, perlu pengurutan genom untuk mengetahui bagaimana dan mengapa penyakit itu menyebar dari sudut pandang kesehatan masyarakat.

Selebihnya, tidak perlu.

Sebab menurut Bobbi Pritt, Direktur Divisi Mikrobiologi Klinik Mayo Clinic, seseorang tidak perlu benar-benar mengetahui varian Covid-19 yang dimilikinya karena tidak memengaruhi pengobatan.

Lalu, gejala yang ditimbulkan pun tak akan membantu.

Jadi, meski mungkin kita berpikir bahwa koinfeksi dari dua jenis Covid-19 yang berbeda dapat menyebabkan semacam peningkatan gejala, itu tidak mungkin terjadi.

Lagi pula, seiring dengan Omicron yang mulai mengungguli Delta di beberapa negara seperti AS, kemungkinan koinfeksi akan semakin kecil.

Baca juga: 5 Hal yang Bisa Dilakukan Orangtua untuk Bantu Anak Hadapi Omicron

Menurut Dr Russo, koinfeksi Omicron dan Delta akan lebih mungkin terjadi ketika Omicron baru memasuki AS, saat Delta masih dominan.

Selain itu, Dr. Russo berpendapat mendapatkan vaksinasi penuh juga dapat menurunkan risiko infeksi apa pun, termasuk koinfeksi.

Adalja juga kengatakan, koinfeksi bukanlah masalah besar, terutama bagi dokter.

"Ini tidak mungkin memiliki dampak patofisiologis (studi tentang bagaimana suatu penyakit mempengaruhi sistem tubuh). yang besar," cetus dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com