Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Orang Takut Kehabisan Topik dalam Percakapan

Kompas.com - 21/01/2022, 16:13 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Membina hubungan dengan orang baru selalu diawali dari percakapan.

Meski terdengar mudah, nyatanya sebagian orang kesulitan untuk menjaga agar percakapan bisa berlangsung lama.

Fakta ini terungkap dari studi yang dimuat dalam Journal of Personality and Social Psychology.

Ditemukan, orang terlalu cepat untuk menghentikan percakapan dan berpikir percakapan yang berlangsung lebih dari beberapa menit dianggap membosankan oleh lawan bicara mereka.

"Memiliki percakapan yang baik adalah salah satu pengalaman kehidupan sehari-hari yang paling berharga," tutur Michael Kardas, peneliti di Kellog School of Management di Northwestern University.

Ia juga merupakan penulis utama studi tersebut.

"Namun orang sering ragu menyisihkan banyak waktu untuk percakapan karena mereka khawatir akan kehabisan hal untuk dibicarakan dan percakapan mereka menjadi membosankan atau canggung."

"Kami ingin menguji apakah individu memiliki intuisi yang akurat tentang seberapa banyak yang harus mereka katakan dan seberapa banyak mereka senang saat percakapan berlangsung," sambung dia.

Dalam studi ini, para peneliti memasangkan orang asing untuk melakukan percakapan satu sama lain.

Peneliti menghentikan percakapan setiap beberapa menit dan bertanya kepada peserta bagaimana perasaan mereka terkait percakapan itu.

Setelah beberapa menit pertama percakapan, peserta cenderung menunjukkan mereka menikmati percakapan.

Akan tetapi, mereka juga berpikir mereka akan kehabisan topik untuk dibicarakan, dan percakapan menjadi kurang menyenangkan.

Setiap peserta kemudian diminta untuk melanjutkan percakapan mereka.

Sekali lagi, peneliti menghentikan percakapan untuk melihat bagaimana percakapan tersebut berlangsung.

Menariknya, para peneliti tidak menemukan bukti penurunan minat atau kesenangan saat percakapan berlanjut.

"Peserta menemukan lebih banyak bahan untuk dibicarakan saat percakapan berlanjut dan menikmati diri mereka lebih dari perkiraan mereka," kata Kardas.

"Asumsi keliru bahwa orang akan kehabisan bahan untuk dibicarakan membuat individu tidak berani melakukan percakapan lebih lama dan lebih bermakna, padahal itu bisa membuat mereka membentuk hubungan yang lebih kuat."

Selain itu, peneliti tidak menemukan bukti bahwa hasil percakapan tergantung dengan siapa mereka berbicara, apakah memiliki jenis kelamin yang sama atau berlawanan, atau dari etnis yang sama atau berbeda.

"Secara umum, begitu orang mulai berbicara, mereka cenderung menemukan kesamaan yang mereka miliki, dan kesamaan ini mendorong percakapan untuk beberapa waktu," sebut Kardas.

Para peneliti berharap studi mereka bisa menginspirasi lebih banyak orang untuk mempertimbangkan bentuk interaksi sosial yang lebih dalam dan lebih bermakna.

"Saya rasa salah satu implikasi dari penelitian ini adalah individu mungkin lebih memilih sumber hiburan yang lebih dangkal melalui media dan media sosial."

"Mereka mengharapkan hal baru menjadi rute menuju pengalaman yang menyenangkan," terang Kardas.

"Memang benar pengalaman baru cenderung menyenangkan."

"Tetapi studi kami menunjukkan bahwa pengalaman yang sudah dikenal, yaitu berinteraksi dengan orang yang pernah kita temui juga merupakan pengalaman yang lebih menyenangkan daripada dugaan kita."

Baca juga: 5 Tips Bangun Pertemanan yang Kuat di Usia Dewasa

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com