Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Punya Pacar Pertama, Apa yang Harus Dilakukan Orangtua?

Kompas.com - 25/01/2022, 18:43 WIB
Anya Dellanita,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber Moms

KOMPAS.com - Saat anak beranjak remaja, tak heran bila anak mengatakan bahwa dirinya telah mendapatkan pacar pertamanya.

Ya, saat anak mendekati usia remaja, biasanya mereka sudah mulai tertarik pada orang lain, mengalami apa yang biasa disebut dengan puppy love atau cinta monyet.

Rupanya anak sudah bisa tertarik pada orang lain di usia yang sangat muda, seperti saat masih berada di taman kanak-kanak, meski kemungkinan hanya sebatas kekaguman saja.

Namun, rasa “suka” yang lebih serius umumnya terjadi saat anak menginjak usia 9-10 tahun, dan mendapatkan pacar pertamanya pada usia 12-13 tahun.

Pandangan anak tentang “pacaran” juga mungkin berbeda sesuai dengan umurnya.

Misalnya pada usia 10 tahun, anak akan mengangap bahwa dia dan “pacarnya” adalah sepasang kekasih jika mereka bermain bersama.

Baca juga: Cerita Luna Maya soal Masa Sekolah hingga Pacar Pertama

Lalu, anak 13 tahun mungkin sudah sampai ke tahap berpegangan tangan.

Hal ini wajar. Sebab pada usia pra-remaja, sense of self (persepsi diri) anak akan semakin berkembang.

Hasilnya, anak menginginkan hubungan lain di luar rumah dan keluarganya, termasuk hubungan asmara pertamanya.

Karena itu, pacar pertama anak adalah sebuah pencapaian penting dalam tumbuh kembangnya.

Tentu, peraturan berpacaran yang ditetapkan keluarga masing-masing akan berpengaruh pada usia berapa anak mulai berpacaran.

Namun tenang saja, umumnya hubungan asmara pertama anak hanyalah hubungan “polos”.

Lalu perlu diingat juga, melarang anak berpacaran mungkin tak akan membuat dia menghentikan hubungannya, dan bahkan malah membuat anak menutup rapat soal kehidupan pribadinya.

Baca juga: Cerita Rossa soal Cinta Monyet, Bolos Bimbel untuk Pacaran, Putus, dan Buat Lagu Galau

Lebih baik, pastikan agar anak tetap terbuka soal hubungannya, dan jaga agar hubungan itu tetap sehat.

  • Berikan pertanyaan dan jawab pertanyaannya

Nah, saat anak mulai mengekspresikan ketertarikan pada anak lain dalam konteks romantis, galilah lebih dalam tentang topik itu.

Jika penasaran, cobalah tanyakan beberapa pertanyaan tentang hubungan anak.

Misalnya, apakah dia dan pacarnya berpegangan tangan? Atau hanya bermain bersama saja?

Bisa juga menanyakan apakah mereka memiliki perasaan suka yang sama atau tidak.

Kita juga harus mendapatkan informasi tentang hubungan anak, terutama masalah consent atau persetujuan dari kedua belah pihak (anak dan pacarnya).

Sebab, jika anak telah memahami makna dari consent sejak dini, dia akan tahu apa yang harus dilakukan, dan paham bahwa jika pasangannya mengatakan tidak, berarti anak tidak boleh memaksanya.

Lalu saat anak bertanya, tentu saja orangtua harus menjawabnya dengan baik.

  • Tetapkan aturan

Meski berpacaran bisa dianggap sebagai suatu pencapaian penting, orangtua tetap perlu menetapkan aturan dan batasan tertentu karena anak masih di bawah umur.

Orangtua tentu memiliki hak untuk mengetahui siapa yang mereka kencani dan apa yang mereka lakukan.

Saat anak melakukan kencan pertama, pastikan anak untuk hanya melakukan apa yang membuat kita dan anak nyaman.

Very Well Family menyebut saat anak pra-remaja berkencan, biasanya mereka akan melakukannya secara berkelompok bersama teman-temannya yang lain.

Jadi, tak perlu terlalu khawatir.

Umumnya sekelompok anak pra-remaja akan hang out bersama dan hanya melakukan hal-hal seperti menonton bioskop atau bermain di rumah temannya.

Namun, biasanya hanya ada satu pasangan di antara sekelompok anak-anak itu, anak-anak lain hanya ingin bermain bersama saja.

Ini sangat wajar karena anak usia pra-remaja masih canggung, sehingga kencan berkelompok adalah kencan ideal bagi mereka dan orangtua yang khawatir.

  • Berkenalan dengan pacar anak

Sebagai orangtua tentu kita memiliki hak untuk bertemu atau diperkenalkan pada pacar anak.

Namun, ingatlah untuk tidak terlalu keras pada pacar anak saat berkenalan dengannya.

Situs Phase 2 Parenting juga menyarankan bahwa orangtua perlu bertemu pacar anak untuk mengawasi apakah ada tanda bahaya atau tidak.

Misalnya, terlalu menempel satu sama lain atau berpotensi mengendalikan anak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Moms
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com