Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seperti Jerome Polin, Pentingnya Tak Ragu Meminta Maaf Saat Dikritik

Kompas.com - 26/01/2022, 10:38 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

KOMPAS.com- Jerome Polin jadi buah bibir warga Twitter setelah cuitannya yang dianggap meremehkan pembalap Indonesia.

Influencer yang dikenal karena kecerdasannya di ilmu matematika itu mempertanyakan kiprah pembalap lokal di kancah internasional.

Tentu saja, pertanyaannya itu langsung menuai respon dari netizen yang menyebut Jerome Polin tidak sopan sekaligus kurang wawasan.

Baca juga: Sebut Wayang Kulit Budaya Malaysia, Adidas Minta Maaf

Cuitannya juga langsung direspon langsung oleh pembalap mobil Formula 2 Indonesia, Sean Gelael.

Menurutnya, Jerome Polin gagal menunjukkan rasa hormat, seperti yang seharusnya dilakukan orang yang cerdas.

"Orang-orang berpengaruh perlu berpikir lebih daripada mencoba mendapatkan views atau likes. Jerome Polin, kita sudah kibarkan Merah Putih da mengharumkan nama bangsa," tulis Sean via Instagram Story akun @gelaelized.

Sadar akan kesalahannya, Jerome Polin langsung memberikan respon atas semua kritikan tersebut.

Ia menyatakan permintaan maaf sekaligus berjanji akan menjadikannya sebagai pembelajaran.

Belajar berani meminta maaf seperti Jerome Polin

Jerome Polin merespon kritikan yang diterimanya dengan langsung meminta maaf.

Ia juga langsung menghubungi Sean Gelael untuk berdiskusi soal kesalahan dalam cuitannya.

Tak butuh waktu lama sampai influencer yang kuliah di Jepang itu untuk langsung menyampaikan permintaan maaf ke publik.

Sikap Jerome Polin ini harus diapresiasi karena tidak banyak orang maupun pesohor yang berperilaku serupa.

Dikutip dari Psychology Today, semua orang bisa membuat kesalahan namun tidak banyak yang bersedia meminta maaf. 

Baca juga: Ingin Batalkan Janji? Tak Perlu Minta Maaf Berlebihan

 

Mengakui kekurangan dan kesalahan kita membutuhkan banyak kekuatan dan kesadaran diri, kata Ilene Cohen, psikiater di Barry University, AS.

"Permintaan maaf memiliki kekuatan untuk menciptakan pengampunan, penerimaan, dan peningkatan keintiman di antara orang-orang," katanya.

Sayangnya, kebanyakan dari kita cenderung menjadi defensif dan marah ketika orang lain jika perkataan atau perbuatan kita menyinggung mereka.

Sebagian besar dari kita tidak pernah belajar bagaimana meminta maaf atau seberapa kuat dampaknya.

Permintaan maaf yang tulus membutuhkan empati, keamanan, dan kekuatan untuk mengakui kesalahan dan kelemahan kita. 

Banyak yang terlena dengan pengalaman subjektif dan kebutuhannya untuk menjadi sempurna sehingga sulit mengakui kesalahannya.

Padahal, permintaan maaf yang tidak terucapkan akan membuat hubungan dan citra diri menjadi rusak sekaligus memicu kebencian.

Baca juga: 6 Cara Meminta Maaf yang Baik

Cohen menjelaskan, permintaan maaf sangat perlu disampaikan dan dikatakan jika kita melakukan kesalahan, sengaja atau tidak.

Kita tidak perlu merasa malu dan ragu karena berani meminta maaf, seperti Jerome Polin, membuktikan kekuatan diri.

Meminta maaf adalah tindakan keberanian sejati, karena risiko mengalami tekanan emosional rasa malu dan risiko penghinaan, penolakan, dan pembalasan.

Semua dimensi permintaan maaf membutuhkan kekuatan karakter, termasuk keyakinan bahwa meskipun mengekspos bagian diri yang rentan, kita masih orang baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com