Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/01/2022, 18:40 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

Sumber Forbes

KOMPAS.com - Aplikasi TikTok sukses menjadi primadona di media sosial, menyaingi Instagram, Facebook dan Twitter.

Popularitasnya selama beberapa waktu belakangan langsung meroket dan digemari banyak orang.

Mendadak, TikTok menjadi platform favorit untuk mencari hiburan maupun informasi terbaru.

Mulai dari lagu terbaru, gosip selebritas, cuplikan film, sampai edukasi kesehatan dijadikan konten TikTok.

Baca juga: Riset China: Remaja yang Kecanduan TikTok Alami Penurunan Kerja Otak

Dikutip dar Forbes, pengguna aplikasi buatan China ini mendapatkan 682 juta pengguna baru selama tahun 2020 saja. 

Setiap pengguna setidaknya menghabiskan waktu selama 50 menit dalam sehari menggunakan aplikasi tersebut.

TikTok sukses membius semua penggunanya yang berasal dari berbagai kalangan dan usia.

Namun, anak belasan tahun alias remaja adalah yang paling banyak merasakan kecanduan TikTok

TikTok, aplikasi sederhana yang membuat penggunanya kecanduan

TikTok awalnya dikenal sebagai aplikasi yang dipakai penggunanya untuk berjoget dengan alunan lagu sebagai latar belakang.

Namun kini kontennya sudah lebih bervariasi meskipun masih tetap mengutamakan alunan lagu yang catchy.

Durasinya amat singkat, hanya 15 detik namun bisa membuat kita ketagihan sehingga menghabiskan waktu berjam-jam.

Baca juga: TikTok Cari Solusi Melawan Tantangan Viral dan Hoaks Berbahaya

Dr. Julie Albright, sosiolog yang fokus pada komunikasi dan budaya digital, mengatakan kita mungkin mendapatkan konten yang menyenangkan dan menarik perhatian saat pertama kali menjelajah TikTok.

“Dan Anda mendapatkan sedikit dopamin di otak ... di pusat kesenangan otak. Jadi Anda ingin terus menggulir," ujarnya.

Namun kita juga akan menemukan hal yang tidak disukai sehingga terus menggulir ke konten berikutnya.

Sifatnya sangat mirip dengan mesin slot perjudian di Las Vegas, kata Julie, yang berstatus profesor di University of Southern California, AS.

Aplikasi TikTok, sama seperti Instagram, Snapchat, dan Facebook, telah mengadopsi prinsip yang sama yang membuat perjudian menjadi kecanduan.

“Dalam istilah psikologis [itu] disebut penguatan acak. Itu berarti terkadang Anda menang, terkadang Anda kalah," katanya.

Menurutnya, berbagai platform media sosial ini memiliki kualitas adiktif yang sama seperti perjudian.

TikTok memberikan dampak paling besar bagi pengguna remaja

Ilustrasi remaja, media sosial Influencer adalah dan arti influencer adalahDok. SHUTTERSTOCK Ilustrasi remaja, media sosial Influencer adalah dan arti influencer adalah

Dr. Julie Albright menyampaikan, kecanduan TikTok paling berpengaruh pada otak yang masih muda dan masih dalam tahap perkembangan.

Artinya, dampak adiktifnya paling dirasakan oleh pengguna yang masih muda, seperti anak remaja.

“Otak kita berubah berdasarkan interaksi dengan teknologi digital ini dan salah satunya adalah kompresi waktu,” kata Albright.

Salah satu hal yang amat memprihatikan adalah rentang perhatian remaja yang kecanduan TikTok akan cenderung menurun.

Baca juga: Trik Mudah agar Wangi Parfum Tahan Lama Menurut TikTok

Selain itu, kita tidak lagi terbiasa berpikir dalam jangka panjang karena kerap menikmati hal yang singkat.

Hal ini bukan hanya terjadi pada pengguna muda, namun juga pada semua kalangan usia penggemar TikTok.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Forbes
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com