KOMPAS.com - Kecanduan aplikasi TikTok bukan saja dialami remaja namun juga orang dari segala usia.
Aplikasi buatan China ini belakangan sedang amat populer dan sukses menarik pengguna muda maupun tua.
Dengan durasi yang amat singkat, hanya 15 detik, TikTok menawarkan konten hiburan yang cepat dan beragam.
Baca juga: TikTok Cari Solusi Melawan Tantangan Viral dan Hoaks Berbahaya
Kita juga mendapat kesempatan yang lebih terbuka untuk mendapatkan perhatian pengguna media sosial lain jika mengunggah konten sendiri.
Selain itu, alunan musik yang catchy serta cara pemakaian yang sederhana juga menjadi faktor yang sukses membuat TikTok sebagai candu.
TikTok memberikan aliran klip pendek dan menghibur yang terus diperbarui dan dipersonalisasi sesuai selera penggunanya.
Hal ini menciptakan dampak emosional yang kuat, memicu banjir dopamin, dan perasaan kehilangan ketika tidak menyaksikan video viral terbaru.
Sayangnya, riset terbaru membuktikan, penggunaan berlebihan aplikasi TikTok berdampak buruk pada kinerja otak dan kesehatan mental.
Baca juga: Riset China: Remaja yang Kecanduan TikTok Alami Penurunan Kerja Otak
Sama seperti platform media sosial lainnya, kita seharusnya membatasi penggunaannya agar tetap produktif dan tidak mengganggu kualitas hidup.
Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengurangi kecanduan aplikasi TikTok yakni:
Catat jumlah waktu yang kita habiskan untuk menggunakan aplikasi TikTok dalam sehari.
Data ini bisa menentukan apakah kita sudah ada dalam tahap kecanduan atau belum.
Mungkin saja, kita akan terkejut dengan banyaknya waktu yang terbuang sia-sia demi menyimak berbagai video singkat di aplikasi itu.
Tidak ada perlunya follow konten kreator yang tidak memberikan manfaat nyata untuk kehidupan kita.
Hilangkan konten yang tidak berfaedah agar waktu penggunaan TikTok lebih efektif.