Indikator utamanya adalah kita merasa harus terus melakukan perilaku yang sama sampai terasa benar atau seimbang baru terbebas dari rasa cemas itu.
Menjadi pribadi yang terorganisir dan menghargai struktur tidak serta merta berarti mengidap OCD.
Namun saat perilaku itu menjadi kebutuhan berulang maka ini menjadi hal yang perlu diperhatikan.
Kekhawatiran berlebihan akan tertular penyakit tertentu, seperti HIV, bisa menandakan perilaku OCD.
Apalagi jika diikuti dengan perilaku ekstrem untuk mencegah penyakit termasuk misalnya menghindari toilet umum.
"Seseorang benar-benar menjadi sibuk dengan gagasan seperti ini, dan itu mulai mengganggu rasa kesejahteraan dan hubungan mereka," kata Holl.
Baca juga: Obsesi Makanan Sehat Bisa Datangkan Bencana
Gejala ini disebut OCD somatik, dan bermanifestasi sebagai terus-menerus memiliki masalah terkait kesehatan.
Namun ketakutan akan penyakit ini bisa berubah seiring waktu ketika penyembuhannya ditemukan.
Perasaan wajib memeriksa segala hal berulang kali, seperti pintu atau ponsel, bisa menjadi tanda awal OCD.
Tujuannya bisa bervariasi mulai dari keamanan, perfeksionisme atau sekedar tampilan belaka.
Perilaku ini berbeda dengan bersikap hati-hati karena penderita OCD akan terus melakukannya hingga cenderung mengganggu waktu dan hidupnya.
“Perilaku kompulsif ini sangat berlebihan dibandingkan dengan apa yang akan dilakukan kebanyakan orang,” kata Abramowitz.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.