Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Om, Tante, Lakukan Ini jika Barang "Berharga" Diambil Keponakan

Kompas.com - 31/01/2022, 15:00 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

KOMPAS.com - Banyak om dan tante yang terpaksa memendam sakit hati ketika barang "berharga" miliknya diambil atau dirusak keponakan.

Biasanya ini terjadi ketika ada acara kumpul keluarga atau ada kerabat dan saudara yang berkunjung dengan membawa anak-anak.

Momen istimewa itu rusak ketika ada tamu cilik yang merusak atau membawa pulang barang berharga milik kita, dengan atau tanpa izin. 

Semakin parah ketika orangtua si bocah terkesan menyepelekan atau menganggap remeh perbuatan anaknya.

Baca juga: Kisah Viral Gundam Diambil Bocah, Apa yang Harus Dilakukan Orangtua?

Pertemuan keluarga yang seharusnya berkesan akhirnya berubah menjadi hal yang tidak menyenangkan dan membuat kita antipati.

Benda yang dipermasalahkan bervariasi termasuk koleksi Gundam, gadget, make up, pakaian, sampai kucing peliharaan.

Dari segi nominal, harganya tidak selalu mahal namun sejumlah faktor membuat nilainya tinggi bagi kita selaku pemiliknya.

Kita harus memendam kesal serta mengalah karena takut dianggap pelit atau tidak menyayangi anak kecil tersebut.

Kekhawatirannya, keberatan yang kita lontarkan malah akan memicu konflik keluarga atau komentar lebih jauh yang tidak menyenangkan.

Derita om dan tante saat benda berharga dilirik keponakan

Lucia Peppy Novianti, psikolog yang fokus pada isu keluarga, berpendapat persoalan ini sudah menjadi sumber gejolak keluarga sejak lama.

Ada semacam anggapan, orang dewasa harus merelakan barangnya yang diinginkan anak kecil, yang berkaitan saudara, atas nama kasih sayang.

"No no, ini pendidikan yg salah," katanya saat berbincang dengan Kompas.com, Senin (31/01/2021).

Di sisi lain, om dan tante yang merasa dirugikan tidak boleh hanya memendam kesal dan memberikan pemakluman saja.

"Komunikasikan hal ini walaupun ada ketegangan yang terjadi, komunikasikan mengapa kita mempermasalahkannya misalnya dalam hal izin, punya rencana sendiri soal barang itu" kata Lucia.

Para om dan tante juga perlu menyampaikan poin penting soal barang berharga itu dan alasan itu tidak bisa diambil begitu saja.

Baca juga: Demi Bahagiakan Keponakan, Pria Ini Rela Kenakan Baju Princess

Kita juga bisa menyampaikan solusi atau harapan misalnya menukarnya dengan barang lain yang nilainya sama bagi si anak.

"Ada prosesnya kita sampaikan, bukan cuma pemakluman, tujuan jangka panjangnya supaya ada proses edukasi," kata pakar yang berpengalaman lebih dari 10 tahun ini.

Lucia menambahkan, menyampaikan pendapat kita juga penting untuk kesehatan mental dan menjaga relasi dengan keluarga.

Pasalnya, kita harus hidup berdampingan dengan keluarga hingga tahun-tahun mendatang sehingga tak mungkin terus memendam kekesalan.

Para om dan tante perlu memperjelas situasi dan esensinya, untuk memperjelas maksud dari tujuannya.

Apakah om dan tante boleh menegur secara langsung?

Larangan pada anak malah bisa memicu respons sebaliknya.SHUTTERSTOCK/ODUA IMAGES Larangan pada anak malah bisa memicu respons sebaliknya.

Om dan tante yang merasa dirugikan seringkali sungkan ketika harus menegur perbuatan keponakannya.

Ada ketakutan dianggap pelit, galak atau tidak dewasa karena enggan berbagi dengan anak kecil.

Lucia menilai, secara etika umum, kita boleh saja menegur anak kecil atau keponakan itu secara langsung.

"Lebih seperti bahwa kita punya area privasi atau hal pribadi yang kalau diusik berhak menegur," jelas pakar jebolan Universitas Gadjah Mada ini.

Baca juga: Seorang Balita Tak Sengaja Belanja Online Pesan Barang Rp 28 Juta

Namun dalam konteks ini, ada etika kekeluargaan yang harus dipertimbangkan andai kita tipe yang mementingkan interaksi dengan keluarga besar.

Sebenarnya, proses menegur langsung juga bisa menjadi pendidikan kepada si anak.

"Hal yang harus kita perhatikan adalah bagaimana kita menegur, anak usia 4 tahun dengan anak kelas 3 SD dan anak remaja tentu beda kan," kata Lucia.

Kuncinya adalah menegur dengan cara yang tepat agar tidak timbul persoalan baru.

Setelah itu, sampaikan pula kepada orangtuanya soal konteks, isi dan alasan teguran itu agar tidak ada potensi miskomunikasi.

"Tetapi menegur pun sebenarnya bisa jadi proses edukasi yang baik sih," tutup Lucia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com