KOMPAS.com - Spanking atau memukul bokong anak merupakan salah satu cara mendisiplinkan anak yang tak jarang dipakai juga oleh orangtua di Indonesia.
Namun, nampaknya kebiasaan ini harus dihentikan. American Academy of Pediatrics (AAP) pada 2018 silam, mengungkap alasan di baliknya.
Berbagai studi menunjukkan, memukul bokong anak memiliki lebih banyak dampak negatif dibanding manfaat positif.
"Pernyataan AAP mencakup data yang menunjukkan bahwa anak-anak yang bokongnya dipukul saat masih kecil cenderung suka melawan."
"Mereka juga tumbuh dengan perilaku lebih agresif saat memasuki usia prasekolah dan sekolah."
Baca juga: Orangtua di Eropa Dilarang Memukul Bokong Anak
"Lalu, mereka cenderung memiliki peningkatan risiko gangguan kesehatan mental dan harga diri yang lebih rendah."
Demikian pemaparan dokter anak Karen Estrella di laman Cleveland Clinic.
Penelitian pada 20 tahun terakhir juga menunjukkan, memukul bokong akan meningkatkan agresi dan tidak efektif dalam mengubah perilaku anak.
Selain itu, memukul bokong juga dikaitkan dengan meningkatnya risiko gangguan kesehatan mental dan terganggunya perkembangan otak.
Lalu, perubahan pola asuh yang melibatkan memukul bokong anak ini bukan hanya diperhatikan oleh para tenaga medis profesional.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.