Hingga kini, belum ada studi berimbang yang membandingkan tumbuh kembang bayi yang diberi produk kemasan praktis dengan bayi yang diberi makanan pendamping ASI buatan ibu yang teredukasi baik.
Justru menjadi tanda tanya besar, apabila ibu telah terlena dengan pangan kemasan sejak pertama bayinya makan, lalu bagaimana cara ibu memberi makan bayinya di saat fungsi mengunyah dan makan mandiri sudah harus berjalan?
Baca juga: Hari Gizi Nasional, Pentingnya Nutrisi untuk Daya Tahan Tubuh
Mengatasi stunting sekaligus obesitas, tidak cukup dengan menciptakan satu cara jitu apalagi mengandalkan produk industri.
Alih-alih masalah gizi teratasi, jangan-jangan kita harus bertanggungjawab atas risiko hari depan akibat salah langkah.
Edukasi masyarakat dan orang tua memang bukan semudah ceramah – apalagi tidak semua tenaga kesehatan dan tenaga pelaksana gizi fasih, terampil, serta terlatih berkomunikasi untuk mengubah perilaku.
Bisa jadi lebih mudah melatih mereka berjualan produk ketimbang jadi teladan.
Tidak boleh ada satu program primadona dalam upaya pencegahan stunting dan obesitas. Justru kita perlu memulai dari ‘yang paling sulit’ tapi paling menjanjikan dan berdaya ungkit besar: literasi gizi.
Mendidik publik menjadi kritis, mampu membedakan pangan yang dibutuhkan dari yang sekadar dicandukan, sanggup menata manajemen kerja dan keluarga – bukan demi karir lalu pangan anak kocar kacir.
Dapat memilah sumber data dan berita, membedakan tontonan dari tuntunan. Dengan begitu, era digital melek informasi membuat bangsa ini tumbuh dalam arti sesungguhnya, tanpa menyisakan nestapa di generasi selanjutnya.
Baca juga: MPASI ala Generasi Dapur Ngawur
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.