Bahkan, apabila ditegur, pelaku akan terus mengolok-ngolok dengan dalih bercanda. Sementara itu, kita?sebagai korban?perlahan akan kehilangan rasa percaya diri.
Menormalisasi tindak kejahatan
Candaan yang dibiarkan ternyata merupakan akar dari berbagai permasalahan serius, seperti body shaming, rape culture, bahkan konflik ras dan agama.
Topik-topik sensitif itu sering dikatakan sebagai dark jokes. Padahal, tak semua hal bisa dijadikan candaan.
Dalam The Conversation, dijelaskan bahwa rape culture berasal dari humor seksis yang dilontarkan oleh laki-laki.
Sering kali perempuan digambarkan sangat rendah dalam humor tersebut. Dari situ, muncul relasi kuasa sehingga laki-laki merasa lebih bebas untuk mengomentari tingkah laku perempuan.
Lelucon berisi topik sensitif dan terus dinormalisasi akan terus ada apabila tak ada teguran yang tegas.
Bahkan, pelaku cenderung akan terus merasa "aman" untuk mengekspresikan diri lewat candaan-candaan tak etis itu.
Menimbulkan perpecahan
Candaan yang berlebihan juga bisa menghancurkan hubungan pertemanan. Hal ini disebabkan karena ada salah satu teman yang sudah tak bisa menerima candaan-candaan di luar batas dan cenderung menyakitkan hati.
Situasi pertemanan yang disebabkan oleh candaan itu pun cenderung tak sehat, bahkan toksik.
Saat pelaku ditegur, kita akan balik dicap sebagai orang aneh karena bukan orang yang menyenangkan.
Padahal, apabila sudah ditegur artinya ia telah melewati batas toleransi candaan.
Biasanya, teman akan berdalih perihal kedekatan dan melarang kita untuk baper (bawa perasaan).
Puncaknya, korban bisa saja tak terima dan langsung memutuskan pertemanan pada saat itu juga.