Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Makanan yang Harus Dihindari karena Buruk bagi Kesehatan

Kompas.com - 02/02/2022, 18:31 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Sumber NYPost

KOMPAS.com - Memilih makanan yang baik dan sehat berperan penting untuk menjaga kesehatan kita secara keseluruhan dalam jangka panjang.

Apalagi di masa pandemi Covid-19, makanan juga berpengaruh meningkatkan kekebalan tubuh kita.

Oleh sebab itu, jika kita ingin hidup lebih sehat, hindari tujuh makanan yang sangat buruk bagi kesehatan, seperti berikut ini.

1. Makanan yang digoreng

Seorang ahli diet kesehatan mental, Angela L. Lago, mengungkapkan bahwa makanan yang digoreng adalah salah satu makanan yang sangat buruk bagi kesehatan kita.

"Saya tidak pernah melarang orang-orang untuk makan gorengan. Namun, makanan yang digoreng tidak boleh menjadi makanan pokok bagi siapa pun," terangnya.

"Secara umum, gorengan lebih tinggi lemak, garam, dan kalori yang semuanya berbahaya bagi kesehatan jantung dan meningkatkan risiko obesitas," sambung dia.

Makanan yang digoreng ini sering kali kita temukan di restoran atau tempat makanan fast food yang menggunakan lemak trans. Makanan jenis ini berhubungan erat dengan penyakit jantung, kanker, diabetes, dan obesitas.

"Alternatif yang bagus adalah menggoreng di rumah dengan minyak zaitun atau minyak alpukat, atau menggunakan air fryer untuk mendapatkan efek yang sama tanpa dampak negatif," saran Lago.

Baca juga: Makan Gorengan Setiap Hari Picu Risiko Kematian Dini

2. Keripik kentang

Penasihat medis untuk Illuminate Labs, Andrea Paul, MD, menjelaskan mengapa keripik kentang yang sangat digemari orang-orang sangat buruk bagi kesehatan kita.

"Keripik kentang diketahui tidak sehat karena beberapa alasan seperti rendah nutrisi, tinggi lemak, dan tinggi natrium," katanya.

"Jenisnya tentu bervariasi menurut merek, tetapi konsumen yang sadar kesehatan pasti akan menghindari keripik kentang sebagai camilan," lanjut dia.

Jika kita mendambakan makanan yang renyah, Paul merekomendasikan kita untuk memilih camilan kacang dan sayuran seperti keripik kale atau bayam yang dibuat sendiri di rumah.

Baca juga: Tips Membuat Keripik Kentang yang Sehat di Rumah

3. Gula tambahan

Apabila kita melihat ada gula tambahan pada label nutrisi makanan kemasan, maka kita harus menghindari untuk membelinya.

"Gula tambahan pada dasarnya tidak memiliki nilai gizi dan penelitian medis menunjukkan bahwa gula tambahan dapat meningkatkan risiko obesitas, serta penyakit metabolik," jelas Paul.

"Saya merekomendasikan agar konsumen menghilangkan gula tambahan sepenuhnya dari makanan mereka," tambahnya.

Sebagai gantinya, kita dapat mengonsumsi gula dari makanan utuh seperti buah atau pengganti gula yang lebih sehat seperti molase blackstrap yang padat nutrisi dengan indeks glikemik yang lebih rendah.

Baca juga: Makanan Manis dan Dampaknya pada Kesehatan Jantung

4. Minyak olahan

Cobalah untuk mengurangi minyak olahan dari diet kita sebanyak mungkin.

Ahli gizi di Paloma Health, Arika Hoscheit, mengatakan bahwa minyak olahan seperti biji anggur, kedelai, kanola, biji kapas, jagung, dan minyak sayur (nabati) harus dihindari karena umumnya merugikan kesehatan manusia.

Hal ini disebabkan karena minyak nabati dipanaskan hingga suhu yang sangat tinggi selama pemrosesan sehingga mengoksidasi minyak.

"Oksidasi menghasilkan radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan di seluruh tubuh. Seiring bertambahnya usia, tubuh kita harus bekerja lebih keras dari biasanya untuk pulih," jelasnya.

5. Lemak terhidrogenasi

Kategori lemak ini mengintai di banyak makanan kemasan dan produk makanan cepat saji.

Paul mengungkapkan bahwa lemak terhidrogenasi telah terbukti dapat meningkatkan angka kematian dalam studi populasi.

"Penting bagi konsumen untuk membaca label bahan pada produk makanan kemasan karena banyak produk populer seperti selai kacang yang mengandung lemak terhidrogenasi," sarannya.

"Selai kacang dengan label bahan sederhana seperti kacang panggang kering dan garam jauh lebih sehat daripada selai kacang dengan lemak terhidrogenasi dan tambahan gula," kata dia.

6. Karbohidrat olahan

Karbohidrat olahan biasanya dapat ditemukan dalam makanan seperti roti putih, nasi putih, pasta, kue kering, pizza, dan masih banyak lagi.

Menurut Lago, produk biji-bijian olahan diketahui dapat meningkatkan peradangan di tubuh karena mengandung lebih tinggi gula, dan juga dikaitkan dengan obesitas.

"Kesehatan usus juga dipengaruhi oleh makanan yang kekurangan serat dan sebagian besar terdiri dari produk biji-bijian olahan," tuturnya.

Lago mengambil profil nutrisi dari 100 persen roti gandum utuh sebagai contoh.

"Ini kaya akan vitamin, mineral, antioksidan, dan nutrisi lain yang membantu tubuh kita berkembang," terangnya.

"Begitu rotinya jadi empuk, roti tawarnya putih, nilai gizi rotinya turun, seratnya terkelupas, nutrisinya terhapus, dan nilai gizinya sedikit bahkan tidak ada sama sekali," ungkap dia.

Lago juga menambahkan bahwa sekitar 89 persen aktivitas antioksidan dalam biji-bijian hilang selama pemrosesan.

Sementara itu, flavonoid, seng, dan vitamin E juga berkurang hingga 79 persen, lalu serat berkurang 58 persen.

"Ini bisa terjadi pada nasi, pasta, sereal, tepung, dan biji-bijian lainnya yang melalui proses pemurnian," katanya.

Baca juga: Karbohidrat Olahan, Penyebab Utama Lemak Perut Menurut Pakar

7. Daging yang telah diproses

Daging yang telah diproses seperti sosis, bacon, dan lainnya masuk dalam kategori makanan yang tidak sehat bagi tubuh kita secara keseluruhan.

Bahkan daging-daging seperti hot dog, daging deli, bologna kemasan, atau dendeng itu juga harus dihindari sebisa mungkin.

"WHO telah mengklasifikasikan daging yang diproses sebagai karsinogen kelompok 1. Artinya, makanan ini dapat menyebabkan kanker dan mengandung bahan kimia yang tidak ada pada daging segar," imbuh Lago.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber NYPost
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com