Lebih baik, diskusikan tentang pentingnya berpakaian demi kenyamanan, bukan penampilan.
Baca juga: Perilaku Body Shaming yang Sering Tak Disadari Akibatnya
Jika kita tumbuh di lingkungan di mana penampilan adalah segalanya, bisa-bisa kita akan menurunkannya pada anak.
Misalnya, kecantikan identik dengan kulit putih, dan badan langsing dipandang lebih atraktif.
Ingat, meski dipandang sebagai keluarga yang atraktif dan tubuh indah adalah hal yang kita anggap penting, sebaiknya tidak memaksa anak memiliki pandangan yang sama dengan kita.
Lebih baik bicarakan tentang pentingnya kesehatan dan olahraga
Saat ini, banyak hiburan yang membuat remaja makin malas berolahraga, seperti smartphones, media sosial, platform streaming, atau video game.
Nah, tugas orangtua adalah mendorong anak remajanya untuk rutin berolahraga dan menjelaskan manfaatnya.
Dorong anak untuk memilih cabang olahraga baru atau melanjutkan olahraga yang dia sukai.
Body dysmorphic disorder (BDD) adalah gangguan yang membuat seseorang cemas berlebihan terhadap salah satu bagian tubuhnya.
Biasanya, seseorang, terutama perempuan, akan khawatir saat melihat “kecacatan” di kulit, seperti bekas luka atau selulit.
Nah, orang yang mengalami BDD biasaya akan terobsesi dengan kecacatan ini. Terkadang, obsesi ini membuat mereka tidak bisa memikirkan hal lain.
Pada remaja, hal ini bisa mengganggu nilainya di sekolah. Jadi, kenali dari awal.
Jauhi kalimat menyakitkan seperti, “Kalau kamu nggak langsing, nanti nggak ada yang mau lho,” atau “Gaun ini bakal lebih cantik kalau kamu langsing.”
Kalimat seperti ini dapat membuat perasaan remaja yang telah memiliki citra diri negatif makin memburuk.
Baca juga: Dapat Sebabkan Bunuh Diri, Ini Bahaya Body Shaming
Konsumsi makanan sehat harus selalu lebih diutamakan dibanding diet berlebih.