Dengan melatih persepsi, kita dapat memaknai ulang kegagalan sebagai ajang memperbaiki diri.
Nantinya, saat dihadapkan dengan ujian serupa, kita tak akan mengulang kesalahan yang sama.
Amor Fati
Setelah memahami pengendalian, pemahaman selanjutnya adalah amor fati. Amor fati merupakan frasa dari bahasa Latin yang berarti ‘love of fate’ atau mencintai takdir.
Mengutip artikel Daily Stoic, dalam stoisisme, ajaran amor fati tersirat dalam buku Discourses yang disusun oleh Epictetus.
Ajaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut, “Jangan berharap sesuatu berjalan seperti apa yang Anda inginkan. Sebaliknya, harapkan apa yang terjadi, terjadi seperti apa yang terjadi. Dengan demikian, Anda akan bahagia.”
Amor fati membawa seseorang untuk menerima dan mencintai hal-hal yang berada di luar kendali, baik itu disukai ataupun tidak.
Meskipun hal ini sulit untuk dilakukan, tetapi kita tak bisa menolak takdir yang sudah terjadi. Tentu, hal ini adalah sebuah kesia-siaan.
Dengan melaksanakan amor fati, kegagalan dapat diubah persepsinya menjadi positif. Perasaan bahagia akan muncul karena kita telah menerima takdir yang telah terjadi.
Setelahnya, kita tinggal berbenah agar kedepannya bisa mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.
Dalam siniar Anyaman Jiwa episode “Filosofi Teras: Mengendalikan Representasi”, Henry Manampiring memberikan pandangannya mengenai stoisisme dan bagaimana ajaran filsafat tersebut dapat memberikan seseorang kebahagiaan secara utuh.
Dengarkan episode kesehatan mental lainnya dari siniar Anyaman Jiwa dengan mengakses tautan berikut https://spoti.fi/3rd5rzk.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.